Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketergesaan Prabowo, Keuntungan Jokowi-KHMA

26 November 2018   17:50 Diperbarui: 26 November 2018   18:16 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koalisi dan kepemimpinan yang aksi dan reaksi semata, sehingga mereka sibuk dengan pola yang sama terus menerus, pernyataan, klarifikasi, dan mengulangi yang sama, begitu terus. Apakah ini pemimpin yang patut mendapatkan kepercayaan.  Sama sekali belum ada nilai yang bisa meyakinkan untuk pemilih.

Lebih parah lagi, ketika mereka menghasilkan blunder, bukannya menyadari dan memperbaiki dengan penuh kesadaran dan kerendahhatian, malah akan menuding dulu dan ketika sudah mentok tidak ada lagi jalan, mau minta maaf.

Sering merasa diri bangga, pemimpin besar jika berani minta maaf, namun jika permohonan maaf itu karena kesalahan berulang, jelas bukan gambaran jiwa besar, malah justru pribadi ceroboh dan asal-asalan yang menutupi dengan atas nama jiwa besar dan dikaitkan dengan kualitas beragama. Padahal jelas bukan.

Tampilan kampanye selama ini hanya masih berfokus "menyerang" kubu lain.  Bagaimanapun  hal ini memang tidak melanggar UU, namun secara etis dan kepantasan ya tidak baik. Kan politik itu seni untuk memperoleh kekuasaan untuk kesejahteraan bersama. Nah bagaimana mereka menawarkan jalan untuk bisa memberikan kesejahteraan itu yang lebih dikedepankan. Lha ini malah fokusnya justru pada memberikan point buruk pada pihak lawan.

Mengapa fokus pada pihak lain? Karena memang mereka tidak memiliki program yang jelas dan konkret. Jika ada ide pun belepotan yang lagi-lagi malah menimbulkan kekisruhan baru. Bagaimana mengenai guru dengan gaji 20 juta yang dimentahkan koalisi sendiri. Memperlihatkan mereka memang tidak memiliki gagasan yang akan dilakukan.

Akibat ketiadaan program, masing-masing melakukan apa yang ada di pikiran, dan kemudian menjadi bumerang yang sibuk mempertahankan ide mentah yang jadi bulan-bulanan pihak  yang jelas menunggu lahirnya kelucuan demi kelucuan.

Diperparah dihuni oleh orang-orang yang cenderung susah mendengar orang lain, karena merasa diri paling dalam banyak hal.  Orang-orang tinggi hati, arogan, dan merasa hebat. Ingat arogan tidak mesti bahasa keras dan kasar, namun merasa selalu benar dan merasa paling hebat meskipun bahasa santun pun tetap masuk pribadi arogan.

Model demikian, kebersamaan orang-orang demikian, apa iya layak dijadikan pemimpin bangsa ini. bangsa ini sudah melangkah maju cukup signifikan, apa iya mau dibawa lagi mundur untuk dikelola oleh pribadi tidak jelas. Tidak jelas karena tidak  memiliki visi, tidak punya pandangan dan gagasan ke depan.

Pemimpin itu memikirkan banyak hal, bukan  bicara banyak hal yang tidak mendasar lagi. Bagaimana jika pemimpin setiap berbicara malah menjelekan pihak lain, merendahkan pribadi lain, dan merasa selalu benar. Apakah itu gambaran pemimpin ideal? Bukan.

Kampanye model demikian jelas menguntungkan pasangan Jkw-KHMA karena koalisi 02 sendiri yang menggerus potensi pemilih sendiri. Jangan menyalahkan pihak lain terus menerus, namun lakukan evaluasi dan fokus pada visi dan misi sendiri.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun