Cukup menarik membaca potensi arah Anies akan mengarah di dalam pilpres mendatang. Bagaimana posisinya di 2014 dan menjadi berhadap-hadapan karena berbeda di 2017, meskipun secara politik Jokowi tidak memihak sebagai presiden. Toh tetap dipahami sebagai bersikap berhadapan karena ada pada kubu Prabowo.
Sikapnya usai menjadi gubernur pun demikian nyata ada seolah perlawanan dan membawa diri sebagai oposan yang siap mengambil alih istana. Penggantian menteri yang salah. Beberapa kebijakaan era lampau, yang memiliki aroma Jokowi-Ahok diganti. Penggantian yang sangat tidak juga membawa keadaan lebih baik.
Diusung oleh partai Gerindra, jelas orang akan menilai pastinya Anies akan menjadi tulang punggung bagi koalisi Prabowo. Sangat wajar dan kalau tidak malah kurang ajar, meskipun atas nama pemerintah daerah lebih baik netral, toh tetap ada gawe yang harus ia buat sebagai wujud tanggung jawab politis. Jakarta lumayan lah suaranya.
Sikap yang masih adem-ayem selama ini belum memberikan bukti yang cukup nyata bagi dukungan Anies Baswedan bagi pasangan Prabowo-Sandi, belum pernah secara langsung sependek amatan saya ada dukungan formal sebagaimana pemimpin daerah lain. cukup wajar juga karena toh Anies bukan kader partai Gerindra ataupun partai lain yang ada di balik koalisi ini.
Kampanye ketakutan yang dibawa Prabowo mendapatkan pukulan telak oleh Anies. Â Sangat berbeda sikapnya kali ini, apalagi pernyataannya yang secara langsung bahwa lebih menonjolkan peran Jokowi. Padahal bisa saja sebagai cara yang normatif ia pilih kata, frasa lain, toh ini jelas, gamblang, dan langsung.
Soal Jakarta akan tenggelem pada 2025, hal yang berulang soal ketakutan ini, Indonesia bubar, kekayaan Indonesia dikuasai 1% saja, perlu penggaung untuk menjadi besar. Apa yang dilakukan Anies malah makin jauh dari rencana itu.
Obyektif Jakarta memang turun permukaan tanahnya setiap tahunnya. Dan itu ternyata yang dimainkan untuk membuat orang cemas, khawatir, dan bisa bergolak tidak karuan. Coba jika Anies juga mengambil sisi yang sama, bisa menjadi ramai.
Pilihan Anies yang mengatakan  akan meneruskan sikap dan pembangunan pusat, dengan membangun tanggul raksasa, mulai memberikan arah ke mana pilihan Politik Anies itu akan bermuara.
Cukup berbeda dengan sikapnya selama ini, bagaimana ia berkali-kali menentang bahkan dengan kadang kengawurannya soal pembangunan Jakarta sebagai daerah dan pemerintah pusat yang juga memiliki tanggung jawab dan keinginan. Tidak ada respons menyalahkan pemerintah yang lalu, tidak ada juga upaya mendeskreditkan pemerintah pusat dalam hal ini Jokowi.
Tentu masih banyak yang ingat mengenai bau Kali Item menjelang Asian Games lalu, memorakporandakan trotoar menjelang AG juga, belum lagi soal reklamasi. Tidak kalah heboh soal kewenangan mengenai jalan tol dalam kota. Sikap yang sebenarnya jelas ke mana arahnya. Mengapa tiba-tiba demikian lunak ke pusat dan malah sengak ke  pengusungnya.
Tanggapan normatif yang tidak begitu mengagetkan jika seperti ini, jelas ini karena kerusakan yang ditimbulkan karena pembiaran selama ini. Penurunan yang  jelas-jelas ada, tanpa ada upaya nyata oleh pemerintah sebelum-sebelumnya. Hal yang sangat wajar seperti biasanya. Khas begitu menuding pihak lain.