Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Titik Soeharto dan Kegagapan Politiknya

16 November 2018   16:00 Diperbarui: 16 November 2018   16:26 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi PNS dan semua yang menjanjikan, sekolah kedinasan, sekolah negeri, PTN sama saja, semua perlu uang dan uang. SMP dan SMA negeri favorit pun demikian, kalau tidak lewat pintu belakang dan uang, mana bisa masuk. Banyak justru siswa dan mahasiswa potensial hilang.Mosok hal seperti itu yang mau dihidupkan lagi sih?

Penegakan hukum yang sangat tidak jelas. Kekuasaan trias politika hanya nama, sedangkan keputusan ya mutlak di tangan Cendana dan kepanjangan tangannya. Susah berkelit jika mengusik keberadaan anak-anak Cendana ini.

Nah apakah iklim usaha yang sudah mulai berjalan baik. Persaingan relatif sehat, dan pendidikan dan pekerjaan dilakukan dengan transparan itu mau dikembalikan ke era lampau itu?  Benar bahwa masih banyak catatan dan perlu perbaikan, namun jauh lebih baik jika bukan era Orba yang menjadi rujukan.

Titiek mungkin lupa bahwa Abu Rizal Bakrie pernah jualan ini dan membuat Golkar makin tenggelam.  Pandangan politik yang sangat miskin dari Titik ini juga sangat bisa dimengerti karena waktu ia belajar hidup di dalam kemewahan, mana mampu memberikan sikap kritis dan cerdas melihat realitas.

Ketidakpahaman Titiek karena kacamata yang ia kenakan hanya kacamata kuda, tidak pernah menangkap hal lain yang sangat jauh berbeda di balik Cendana itu begitu jauh berlainan. Mungkin perlu belajar dari Pangeran Gautama yang mamu menjadi Budha karena tahu realitas di balik istana yang tidak segemerlap apa yang ia alami.

Masih perlu belajar banyak. Jauh lebih penting  mengubah bandit demokrasi ala bapaknya yang bandit menetap dan kini berganti bandit menggembara, namun dampaknya tidak berbeda. Itu saja perbedaan Orba dan kini. Banditnya pun produk masa itu.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun