Jika itu adalah sebuah strategi kampanye menjual derita, atau memang asal  tenar, lha buat apa pemimpin kog memikirkan hanya kegaduhan dan keriuhan namun tidak ada esensi yang ditawarkan bagi bangsa dan negara. Ide baru pun irrasional, utopis hanya indah di ide namun tidak mungkin diaplikasikan.
Pemimpin itu bukan hanya soal gagasan dan ide, namun bagaimana ide itu diubah menjadi wujud nyata. Bagaimana jika ide itu hanya utopis mau dinyatakan sebagai sebuah hasil dan produk yang bermanfaat. Jangan-jangan prosesnya bagaimana pun belum terpikirkan.
Melihat perjalanan kampanye yang sudah berjalan, miris melihatnya, tidak ada yang baru yang dimiliki oleh rakyat sebagai bentuk keyakinan akan yang baru dan lebih menjanjikan. Susah posisi pemerintah sekaligus incumben menghadapi rival yang mengandalkan pokoke pemerintah ganti dan salah.Â
Apa yang seharusnya adalah mengganti itu karena apa dan apa yang ditawarkan sebagai solusi lebih baik. Â Memang iya akan bisa mengubah tempe yang setipis ATM menjadi setebal bantal tanpa kerja keras, hanya jualan kecap ke mana-mana dengan segala blundernya itu? Ini negara bukan hanya perusahaan yang berjalan tergantu uang. Negara itu kepala dengan segala kepentingannya dan perlu diakomodasi.
Susah jika paslon 01 hanya fokus menangkis dan menjawab nyinyiran terus. Bagi saja energi itu untuk yang bocor-bocor alus, dipakai untuk menjawab nyinyir tidak penting. Yang cerdas, berkualitas, dan mumpuni tidak perlu menangani yang receh-receh itu.
Partai politik juga bisa kiamat jika pusatnya hanya pada capres saja. Mereka harus kerja keras dengan PT bisa masuk Senayan. Jangan kaget kalau permainan culas ala Demokrat membuat mereka bisa melambun lagi.
Gajah bertarung, Demokrat mengambil untung, itu sangat mungkin. Jangan-jangan ini nanti malah hanya Demokrat  yang kampanye, karena mereka memang tidak tahu malu, menjelek-jelekan kedua kubu demi kepentingan mereka sendiri.
Sayang jika demokrasi yang dihasilkan dari reformasi dengan berdarah-darah dikalahkan oleh orang-orang gila kuasa semata. Negara ini terlalu banyak bandit demokrasi dan petualan politik, namun kurang negarawan. Bedanya sudah jelas bukan?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H