Kurangi main preman dan kayu bagi pejabat ataupun pengurus. Luis Mila mengeluhkan salah satunya soal gaji yang terhambat. Fahri Husaeni pernah mengalami adanya titipan dari seorang pejabat agar anaknya masuk timnas. Ada juga pengurus klub yang mengatakan kalau preman PSSi mengancam pemain baru surat permintaan pemain dibuat. Artinya klub tidak rela, pemain pun setengah hati.
Kerelaan klub untuk melepas pemain ke tim nasional pun masih harus bersitegang. Ini kembali kerelaan demi bangsa dan negara. Repotnya tim-tim tertentu harus kehilangan banyak pemain. Hal demikian tidak terdengar dari klub elit Eropa, di mana setengah pemainnya, bahkan sering lebih, memperkuat tim nasional masing-masing negara asal pemain. Â
Ternyata selain itu juga mengenai penjadwalan yang masih perlu banyak belajar. Jangan sampai ada benturan kepentingan ketika liga berjalan, Â ada agenda tim nasional. Ini jelas pengurus dan pelaksanan liga yang tidak bagus. Di Eropa tim elit sering kehilangan pemain, bahkan mereka lintas benua toh tidak ada masalah. Jelas mana yang menjadi prioritas A, B, dan boleh diabaikan.
Selama ini kecenderungan menenmukan bibit yang kemudian dibina dan berprestasi, syukur bahwa generasi dan regenerasi antarkelompok umur cukup menjanjikan kali ini, namun itu tidak cukup. Perlu pembinaan yang berjenjang dengan adanya liga kelompok umur, perhatian pemerintah melalui BUMN dan swasta untuk menjamin keberlangsungan liga dan juga keberadaan masa depan pemain perlu juga perhatian.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H