Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Koalisi 02, Ebola, dan Hanum Rais

27 Oktober 2018   10:39 Diperbarui: 27 Oktober 2018   11:34 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu yang menjadi pionir dalam kasus RS adalah Hanum Rais. Seorang dokter gigi, yang memberikan pernyataannya dengan menggunakan penguat bahwa ia adalah juga dokter. Ada beberapa hal yang bisa dicermati bersama.

Pertama ia adalah seorang dokter gigi, yang dikomentari adalah mengenai luka, yang diakui sebagai luka akibat penganiayaan. Yang pada akhirnya ternyata adalah bekas operasi plastik. Betul sbagai dokter namun ternyata pada akhirnya mengakui ia terkelabuhi. Apa yang ia nyatakan ternyata terbantahkan sendiri dengan pernyataan berikutnya

Kedua, pengakuan awalnya ia tahu sebagai dokter luka itu akibat pukulan. Dari mana ia membuat pernyataan itu, ada kemungkinan ia tidak melihat dengan baik atau sama sekali tidak melihat, ini paling ekstrem membuat pernyataan yang mengaku sebagai dokter tanpa memeriksa keadaan. Artinya ia membuat pernyataan abal-abal lebih parah mengaku sebagai dokter untuk membenarkan perilaku buruk pihak lain.

Ketiga, ia memeriksa luka dan tahu bahwa itu adalah luka operasi, karena demi politis, sulit percaya karena pertemanan, ia nyatakan sebagai penganiayaan. Jika ini yang terjadi, sungguh terlalu, mengapa? Karena ia penganut fasisme yang sangat  bertentangan dengan agama pada esensinya. Bagaimana bisa hasil membenarkan cara bukan?

Keempat, berpikir positif bahwa dokter ini memang terkelabui, meskipun terbantahkan oleh pernyataan-pernyataan yang mengikutinya, oleh dirinya sendiri lho, bukan pihak lain, bahwa ia menjadi korban atas kebohongan pihak Ratna Sarumpaet.

Jika demikian, apa yang diajarkan oleh perilakunya?

Satu, jika menjadi korban penipuan atau kebohongan pihak RS, apa yang ia lakukan? Menuntut RS, atau malah menuntut pihak lain yang menjadi sasarannya? Jika berpikir jernih tentu ia akan menuntut RS sebagai pelaku penipuan. Lha nyatanya ini malah menuduh pihak lain sebagai pelaku kebohongan lain.  Coba di  mana logika berpikirnya?

Dua, tidak ada itikat baik untuk meminta maaf, sudah menuduh pihak lain sebagai pelaku, mengatasnamakan dokter untuk perilaku yang tidak berkaitan dengan profesinya, dan malah ngeles sebagai korban kebohongan. Ia masuk dalam lingkaran pelaku kebohongan malah.

Tiga, enak dan enteng sekali mengaku sebagai korban, padahal banyak juga yang ia tuduh secara mentah, dan sampai sekarang tidak ada pernyataan permintaan maaf pada pihak yang telah tertuding dan yang ikut termakan ucapannya. 

Sikap tanggung jawab ini penting dalam segala profesi apalagi dokter. Coba ia telah mencabut gigi orang karena mengeluh ada sakit. dan ternyata masih ada keluhan yang sama usai ia tangani, dan dengan enteng ia menyatakan, oh giginya salah cabut. Coba apa bisa gigi ditanam lagi dan orang itu pulih seperti semula? Tidak bukan? Sikap bertanggung jawab.

Empat, ceroboh. Jika belum melihat luka, sudah menyatakan jelas fatal, jika melihat tidak tahu bedanya lebih fatal, bagaimana keilmuannya dipertanggungjawabkan, meskipun di luar keahliannya, tetp lah paham. Apalagi sangat parah jika tahu itu luka karena operasi dan diklaim sebagai akibat penganiayaan, lebih parah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun