Mereka itu semua sedang mencuci tangan dan merasa tidak bersalah, kesalahan hanya pada RS saja. Lokalisasi persoalan. Kesalahan ditimpakan semakin sedikit orang, habis manis sepah ditendang kali ini makin jelas.
Ternyata pengembangan polisi tidak masuk dalam bagian utuh skenario yang ternyata gagal total itu. Mereka bersikap sangat reaktif dan pokoknya yang salah adalah RS, semua adalah korban. Mengenai gegabah, grusa-grusu, tidak cermat, tidak sempat mereka perhatikan. Ada nama ini dipanggil sudah panik, bingung, dan akhirnya membuat pernyataan pembelaan diri yang berlebihan dan tidak nyambung, kadang-kadang.
Pembelaan yang kadang lucu, aneh, dan naif ketika sudah kepepet, mengulik kisah lama dan menuding orang-orang tersebut sebaagi "agen ganda", penyusup, dan seterusnya. RS dan NSD telah menerima label itu. Â Sah-sah saja, yang jelas nantinya di pengadilan bagaimana alur itu harus dibuka dengan jelas dan transparan.
Salah satu reaksi yang seolah normal, oleh Sandi sebagai calon wakil presiden menyatakan kalau telah menyiapkan 100 juru bicara untuk "menggantikan Dahnil dan Niniek S Deyang" yang telah dipanggil kepolisian. Alasan yang dikemukakan agar mereka lebih fokus menyelesaikan masalah dan taat hukum.
Pernyataan tersebut bisa mengarah pada "pelepasan" kedua  orang itu dari badan pemenangan nasional. Sangat miris jika melihat model pendekatannya yang mudah mendepak orang terdekat yang dirasa merugikan.
Posisi Dahnil juga sangat rapuh memang, reputasinya masih kalah jauh dengan banyak kader lain yang bisa diorbitkan dan siap menggantikan. Keberadaannya selama ini juga lebih cenderung membuang-buang keyakinan untuk 02. Fokus hanya mengulik pemerintah yang sudah banyak dilakukan banyak pihak. Tidak ada yang baru, jaringan juga belum kuat. Membuang itu tidak berdampak banyak.
Ninik S Deyang. Posisi yang sama riskannya dengan Ratna Sarumpaet, karena menjadi orang yang termasuk paling awal dan membuat Prabowo "terseret" dalam permainan ini. sangat mungkin nama ini juga "dibuang" dan dianggap sampah nantinya oleh mereka.
Melihat beberapa hal tersebut, layak dilihat tipikal relasional, kepemimpinan, dan kemanusiaan yang menonjol;
Pertama, yang utama adalah kepentingan. Ketika menguntungkan adalah teman, namun jangan harap saat mengecewakan. Tidak ada lagi teman dan rekan, musuh, bahkan sampah telah terucap. Apa iya model demikian itu pemimpin yang patut menjadi pemuka bangsa?
Kedua, tidak ada sikap bertanggung jawab. Cuci tangan dan menggelorakan model permainan korban. Merasa diri korban dan orang lainlah penyebabnya. Khas pribadi dan kelompok yang tidak bertanggung jawab.
Ketiga, pribadi dan kelompok yang mengandalkan emosional semata, politik itu rasional dan hitung-hitungan cermat.Â