Susah banyak berharap bisa mendulang suara meningkat secara signifikan. Segala daya upaya dilakukan, sayangnya lebih banyak model asal menyerang incumbent. Empat tahun menjelang sebagai oposisi juga tidak memberikan dampak positif, karena kecenderungan bahwa pemerintah pasti jelek dan salah. Ini jelas fatal. Empat tahun sia-sia, abai membangun citra positif, dan asal dan pokoknya menjadi andalan.
Modal menjadi "oposisi" yang cukup  minim pun tidak bisa dibangun dengan koalisi yang solid, manntab, dan bagus. Malah terpaan isu jenderal kardus yang tetap tidak bisa hilang dari benak bangsa ini, terutama Demokrat dan Andi Arief. Hal ini kembali jadi amunisi dalam poin nanti secara khusus.
Koalisi yang dibangun atas saling sandera dan dugaan kardus sebagai pemersatu, membuat sangat rentan. Dan betul sekali, bisa juga disaksikan bagaimana susahnya menentukan DKI-2, simalakama, Taufik adalah kader militan, sisi lain PKS adalah mitra karena tiada pilihan. Â Dua-duanya membuat pening Prabowo. Apalagi sabu bersih tiga slot strategis pilpres sudah mereka embat semua.
Gonjang-ganjing yang masih belum stabil seluruhnya, eh dihempaskan dengan kecerobohan, kesalahan fatal di dalam mengolah materi, terutama berkaitan dengan kisah Ratna Sarumpaet yang malah menjadi bak bola salju itu. Kebersamaan yang sangat rapuh menghadapi badai jauh lebih dasyat, jelas semua menyelamatkan diri masing-masing.
Sikap menyelamatkan diri ini nampak dengan jelas dan membiarkan Prabowo mati kutu hanya loyalis terdekat saja yang memberikan proteksi yang tetap tidak cukup mampu menjadi benteng yang selayaknya. Â Bagaimana mereka kelihatan melakukan serangan ke Ratna Sarumpaet, namun abai bisa menjadi bumerang yang menyeret justru pihak-pihak yang selama ini masih belum disebut polisi sekalipun.
Tanggapan dan reaksi berlebihan Amien Rais jelas menjadi blunder sangat parah.
Pertama soal tuntutan untuk kapolri yang ternyata tidak berhenti usai puja-puji aneh Amien karena nasi gudeg. Ini bisa menjadi persoalan serius bagi Amien pribadi dan koalisi secara umum. Akan sangat riskan jika akan mengait keberadaan pemerintah dengan reputasi yang sudah sangat parah selama ini.
Kedua, soal ungkitan KPK yang masih sangat mentah, dini, dan berpotensi dipatahkan dengan relatif mudah karena data yang ada masih sangat sumir, belum lagi malah kisahnya sendiri bersama KPK bisa menjadi pemicu membuka kasusnya. Jauh lebih merugikan bagi Amien dan kawan-kawan.
Ketiga, mengatakan Ratna Sarumpaet telah jadi sampah. Sangat menyakitkan dan bisa menjadi blunder ke mana-mana, ingat sudah ada pernyataan salah saya sendiri dari RS, namun dengan pernyataan ini, jangan kaget jika berubah cerita dan malah menyeret siapa saja yang selama ini masih dalam  genggaman dan diwakili kata "setan" itu.
Keempat, ada sebagian pihak dari Gerindra yang melaporkan ke polisi RS. Ini jelas banyak langkah di dalam Gerindra yang saling tidak tahu. Bisa menjadi bom bunuh diri bagi yang lain apa yang diambil ini.
Perilaku ugal-ugalan sepuluh orang yang oleh pengamat sangat mereduksi kemungkinan suara Prabowo. Sepuluh orang yang menggunakan isu RS dengan nada yang sama, ketika ada pengakuan ngeles dengan sepuluh macam alasan, dan jelas semua mengamankan diri sendiri. Ini sangat fatal karena kevokalan mereka juga sangat besar. Panggung diberikan media, sangat merugikan bukan positif.
Merebut panggung justru lagi-lagi kehilangan panggung itu. Bagaimana ketika pidato Jokowi di forum internasional justru mendapatkan pujian dan apresiasi. Loyalis Prabowo pun banyak yang akhirnya dengan mau tidak mau mengakui, ada Rizal Ramli dan Andi Arief yang entah ksatria, atau kesandra mau mengakui kehebatan Jokowi.
Sisi lain, dalam forum kecil, nasional, khusus, eh Prabowo malah menjadi bahan tertawaan dengan pidatonya. Duplikasi milik orang lain, kampanye milih presiden bangsa lain, dan diambil demikian saja hanya mengganti kata saja. Jelas tidak kreatif dan mana gembar gembor anti asing itu atau tuduhan antek asing siapa sebenarnya?
Ini jelas langsung dua pribadi yang  akan bersaing di dalam pilpres nanti. Secara hadapan satu satu, beda panggung saja sudah kalah dengan telak. Sempoyongan yang belum sepenuhnya teratasi sudah kena uppercut pada dagu kali ini.
Tim pemenangan pun sama konyolnya, bagaimana tidak ketika prestasi Prabowo adalah menaklukkan gunung tertinggi dunia, padahal itu hanya tim di mana Prabowo menjadi komandan. Jelas bukan capaian pribadi, dan pengalaman di mana Prabowo merasakan dingin, susahnya ke Everest. Beda jika mengatakan pembebasan sandera di Irian Jaya kalau itu. Toh itu pun bukan prestasi di dalam memerintah dan birokrasi serta politis yang sering tidak mudah.
Sandiaga ternyata juga tidak menjadi tim pembangun yang solid. Memang hanya media tidak terkenal yang menyajika bahwa ia pernah ditinggalkan tuan rumah ketika berkunjung ke sebuah lembaga pendidikan. Walaupun media tidak tenar, ini adalah sebuah pernyataan, simbol bahwa ada ketidakrespekan. Ingat kita ini  budaya timur, tetap tidak akan meninggalkan tamunya apapun alasannya, kalau tidak sangat parah.
Keliling dengan banyak lontaran pernyataan yang sangat tidak bermanfaat, selain olok-olok. Mulai tempe setipis ATM, tempe sebesar tablet, tempe sachet, atau harga nasi ayam itu. Semua miskin esensi dan data, selain hanya menenarkan diri dalam trending media sosial, lha memang medsos yang akan menyoblos nanti?
Demokrat Merongrong dari Dalam
PKS masih menanti DKI-2, ini lepas, mereka bisa lebih sadis dari pada Demokrat hari-hari ini. Ini  tentu jadi pertimbangan dan menjadikan Prabowo pening tujuh keliling. Salah menyikapi bisa bubar jalan.
Demokrat mulai memuji-muji Jokowi, usai memberikan kebebasan bagi banyak kadernya untuk memilih mendukung Jokowi-KHMA. Ini bukan hal yang sederhana. Ini serius. Tentu karena tersingkirnya AHY secara tragis dan isu kardus itu.
Itu masih cukup wajar dan atas nama sakit hati boleh lah dikatakan mau apa lagi. Ketika kritikan secara langsung pada calon presiden dan wakil presiden ini sudah kurang ajar. Mereka sama juga meledakan kapal sendiri.
Mengatakan Prabowo pemalas. Ini sudah keterlaluan. Langkah kampanye itu kan bagian mereka bersama. Bagaimana mungkin bagian tim pemenangan menyatakan kalau Prabowo pemalas?Â
Apa iya Prabowo berjalan tanpa komando tim pemenangan. Jika demikian memang ada masalah serius di sana. Tim pemenangan tidak bisa mengarahkan atau Prabowo yang tidak bisa diatur, atau malah keduanya memang tidak bisa bekerja sama dengan baik. Semua bisa terjadi.
Menilai Sandiaga yang terlalu asyik dan aktif berkeliling, siapa yang mau nyapres. Sangat bisa dimengerti karena memang mereka menyatakan sejak awal  tidak mendukung Sandiaga namun menduung Prabowo, meskipun itu mengalahkan lucunya Srimulat era jayanya. Satu paket yang tidak bisa dipisahkan.
Apa yang disajikan koalisi 02 ini jauh lebih banyak intrik dan sensasi yang lepas dari esensi. Lebih banyak kisah kontroversi daripada prestasi. Tidak mampu menciptakan panggung merebut pun tidak berhasil. Â Susah banyak berharap dari kebersamaan yang sangat rapuh demikian. kepentingan masing-masing, langkah-langkah yang dipilih tanpa adanya koordinasi.
Nah ketika sederhana, soal demikian saja tidak mampu, bagaimana bisa mengatakan akan membuat kebutuhan murah? Lha apa bukan hanya klaim dan lagi-lagi dagelan Mataram?
Jelas ke  mana muara dari kebersamaan kacau karena kardus, plastik, dan jadi pemulung politik karena lahir juga sampah. Susah mengharapkan banyak pada pelak politik demikian.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H