ET menjembatani banyaknya kepentingan partai politik yang memang harus diakomodasi, bukan orang partai politik, namun bisa bekerja tim dan melibatkan begitu besar mesin organisasi. DjS, orang partai politik, yang sangat menyakitkan bagi Demokrat dan AHY yang sangat berharap akan posisi itu. Susah bisa berharap banyak sinergi geraknya sebagaimana arah ET.
DjS itu militeristik, ahli strategi, pola kerja dan birokrasi yang sangat kaku, komando garis lurus, apa bisa luwes menghadapi politikus yang plintat plintut begitu. Sangat susah, memang komando panglima sangat besar, namun bukan model kerja sama, adanya bekerja bersama-sama, bukan bekerjasama sebagaimana politik, pengalaman di dunia luar militer masih sangat minim.
Menghadapi model barisan sakit hati seperti yang ditampilkan Demokrat yang digawangi Andi Arif itu entah bagaimana menjawab, toh hingga detik ini belum juga ada redaman, soal pernyataan AHY dan pilihan kader Demokrat yang terang-terangan memilih Jokowi-MA. Ini serius jangan dianggap sepele. Ketika Sandi menjadi lemah untuk tawar menawar dengan Demokrat, peran Djoko bisa lebih memungkinkan, pun belum bisa terjadi.
Pilihan ET ternyata mujarab untuk menjawab banyaknya potensi tantangan yang terjadi, millenial yang ditawarkan Sandi-AHY, jelas bisa terjawab dengan baik. Kampanye mak-mak yang cukup masif didengungkan pun bisa teredam.
Masalah ekonomi yang akan dijadikan andalan kubu Sandi, toh juga bisa dijawab dengan baik melihat pengalaman dan kapasitas ET, yang lagi-lagi dua tuga level di atas Sandi. Lobang yang sudah diintai itu sudah terkover dengan baik.
Laiknya adanya kapal yang sedang berlayar, terombang-ombang di dalam lautan dengan segala keadaannya, pihak lain melihat ada yang tidak beres. Nah ternyata yang dinilai kurang pas itu sudah bisa diatasi dengan jitu.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H