Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Neno Warisman dan Pengamen Super VIP

29 Agustus 2018   12:12 Diperbarui: 29 Agustus 2018   13:46 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati kisah Neno Warisman terakhir, jadi ingat beberapa waktu lalu, pergi ke sebuah kota. Angkutan umum yang masih mengizinkan pengamen, sedang bus yang biasa saya naiki secara rutin, menang sekian lama sudah tidak bisa disambangi pengamen dan pengasong. Cukup kaget dengan keberadaan pengamen ini, dia tidak menggunaka keecrekan ataupun kencrung, atau gitar, atau alat musik lainnya.

Begitu naik, bus ini cukup penuh bahkan banyak yang berdiri, ia sigap mengatur penumpang untuk bisa berdiri dengan nyaman, dan muat lebih banyak. 

Awalnya saya pikir kru bis, suara dan modelnya kog bukan. Apalagi pas menegur seorang pemuda, nampaknya mahasiswa yang menggunakan tas punggung di punggung."Wah tidak pernah naik angkutan umum ya, tasnya taruh di depan, biar sama-sama enak dan aman," katanya langsung. Kru tidak akan sedemian lugas. Ia atur dari belakang ke depan. Bagaimana berdiri dan nyaman, cukup cerewet juga dia.

Sebelum mengamen, ia menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada sopir, kondektur, dan kernet dengan sapaan khas asal kru dan nama. Hal yang sangat jarang pengamen menyapa nama kru satu persatu, dia kenal berarti dan bagus dalam berelasi. Ia katakan pengamen antarkota, di mana ia berdiri di lampu bangjo sebanyak sekian ratus antarruas dua kota tersebut.

Lagi-lagi mengagetkan ketika ia menyatakan pembatasan pemberi uang kepadanya.  Anak-anak larangan keras karena belum waktunya, meskipun itu adalah wujud pendidikan saling berbagi, dan ini benar-benar dia terapkan, ketika ada anak yang memberi tidak ia terima, belum masuk kategori pemberi yang ia syaratkan. Konsisten juga rupanya.

Syarat kedua, ia tidak mau menerima dari anak sekolah, karena lebih baik untuk jajan apalagi kalau ditabung untuk studi lebih lanjut. Toh uangnya pun dari orang tua, belum bisa menghasilkan uang sendiri. Logis alasan dan bisa dimengerti.

Selanjutnya, ia juga tidak akan menerima pemberian dari orang tua, kasihan mereka harus dimuliakan bukan memberikan kepadanya yang masih muda dan bisa mencari dari yang lainnya. dia memang masih cukup muda, kisaran empat puluh menengahan lah. Sangat wajar.

Ia mengaku lulusan sekolah seni, dan berpuisi untuk mengamennya. Ia berpuisi soal kritik sosial tentunya. Sangat wajar, tanpa menuduh siapa-siapa, kondisi memang demikian, tidak ada sakit hati, dendam, apalagi hanya menjual derita sebagaimana pengamen lainnya yang sok kritis.

Ketika menarik saweran benar-benar ia konsisten, ketika meminta pada anak muda dan tidak diberi, ia katakan, "Anda muda, (harus= tambahan) memberi karena sesuai kriteria," pemuda itu diam saja. Ha..ha...lumayan gendeng juga, sebenarnya saya mau tahu bagaimana reaksinya ketika saya menolak untuk tidak memberinya, eh dia hanya berlalu begitu saja. Jadi tidak ada kesempatan untuk bisa bersilat lidah seperti pengamen itu yang menjungkirbalikan keadaan yang biasanya ada di angkutan umum.

Apa yang ia tampilkan itu sangat berbeda. Biasanya mengamen di angkutan umum lebih mirip pemalak daripada pekerja seni jalanan. Main paksa termasuk pada kru untuk mematikan audio yang biasanya ada di angkutan. 

Penampilan yang sok seniman dengan berbagi atribut yang ternyata tidak selaras dengan kemampuannya. Ia berpuisi dan berdeklamasi dengan baik. Pun ia sigap membantu kinerja kru dengan mengatur penumpang, dan termasuk membantu penumpang untuk bisa nyaman di angkutan tersebut.

Kritik sosial yang dinyatakan pun bukan semata asal menuduh pihak pemerintah, penguasa, atau pengusaha yang membuat mereka "tersingkir" padahal lagu dan puisi yang itu-itu juga, kadang menyindir sarkas atas keberadaan penumpang sebagai  pihak yang berbeda dengan mereka, padahal belum tentu bukan keadaan berkebalikan dengan keberadaan mereka. Apa yang ia sampaikan dan tampilkan sangat normatif, obyektif, dan memang adanya.

Ia memang meminta saweran, namun bukan merugikan siapapun. Batasan yang jelas, ia cukup realistis tidak hanya meminta sedekah tanpa tahu kondisi yang ia mintai. Sangat patt mendapatkan apresiasi.

Dalam konteks yang sama, membaca dan mendengar berita Neno Warisman, jadi ingat, ia menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Boleh saja bahwa ia mau mengemukakan pendapat yang tidak sempat ia nyatakan dengan leluasa, namun apakah benar dengan menggunakan alat komunisi di pesawat?

Hayo, jangan salahkan penanganan serius soal ini, penerbangan memiliki regulasi yang sangat ketat, karena urusannya nyawa dan tidak ada pegangan apapun di udara sana, selain menjalankan regulasi dengan setepat-tepatnya.

Kisah berulang yang memalukan soal penerbangan. Penamparan kru pesawat, candaan bom, meminta pesawat balik lagi, dan kini alat komunikasi digunakan oleh penumpang. Apa kata dunia, ini jelas bukan siapa yang berbicara, atau apa isinya, namun kesalahan perilaku, jangan dibiaskan dengan yang lain-lain.

Ketika menyimak berulang dan berkepanjangan soal kisah ini, jadi ingat pengamen tersebut, yang ternyata, lebih bersikap posisitf, membantu kru bukan membebani. Bagaimana kru pesawat yang terkena imbas atas perilaku orang yang mengaku demi kebaikan bangsa dan negara itu?

Berbuat baik tentu dengan cara baik dan hasilnya kemungkinan baik akan ada. Jangan menghakimi fasisme namun menyukai gaya kerja mereka. Tidak perlu juga nanti menyalahkan pihak lain atas perilaku buruk sendiri.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun