Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

PAN dan Perilaku Transaksional Politik

15 Agustus 2018   10:21 Diperbarui: 15 Agustus 2018   10:42 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa transaksinal itu lebih kuat di dalam demokrasi Indonesia?

Politik biaya tinggi. Jelas sangat mahal untuk berpolitik di sini. Apa-apa doit, dengan berbagai dalih dan istilah, mahar, logistik, biaya kampanye, uang bensin, uang makan, dan seterusnya dan seterusnya. Apakah ini ideal? Jelas tidak. Politisi baik dan berdasar prestasi tidak sedikit, jika model demikian tentu bisa menjadi murah, belum lagi ada subsidi dari negara.

Eksekutif lebih menjanjikan daripada legeslatif. Jelas saja, pengguna anggaran itu eksekutif, legeslatif hanya menjadi "anjing penjaga" yang kadang berteriak dan dapat kucuran sedikit, lihat pengalaman periode lalu di mana kedua sisi masuk bui bersama. Tetap menjanjikan sisi eksekutif. 

BUMN sebagai ATM tetap akan hanya menjadi rumor bak kentut, bau menguar busuknya, namun ketika diusut susah menemukan inti masalahnya. Yang jelasnya dibuat tidak jelas, padahal jelas banget sebenarnya.

"Oposisi" itu kering, karena model sistem bernegara yang kacau balau, parlementer bukan namun parkemen sok berkuasa, presidential, pun dewan masih bisa menggertak dan mengancam. Sikap mendua ini sangat disukai untuk bisa mengeruk kekayaan negeri. 

Politikus bekerja di dalam sistem politik bobrok yang dikembangkan dan dipertahankan. Sistem ini akan dilestarikan karena menguntungkan mereka. Paling tidak membuat sama-sama tahu. "Oposisi" hanya nyanyi dan ketika mendapatkan saweran ya diam lagi, paling tidak sudah 10 tahun berjalan baik.

Penegakan hukum yang masih berkutat pada tarikulur politis. Satu dua elit parpol ditangkap tangan. Tapi ya begitu saja hiruk pikuk di awal dan lupa. Penegakan hukum bak hangat-hangat tai ayam. Gaduh, ribut, riuh di awal dan ketika berkaitan dengan elit negeri atau politik, ya tinggal adu nasib, atau ada yang pasang badan dan seolah mereka sorangan dalam bertindak.

Coba saja jika ramai-ramai sel mewah itu diusut dengan serius, bukan semata kalapas, namun benar-benar menyeluruh, siapa yang mendanai, mengapa tetap bisa bermewah-mewah, semua akan terkuak. Namun apa mau?

Kehendak baik tidak ada. Jika memang mau, pembuktian terbalik lakukan, dan usai sudah perilaku tamak dan kotor politik. Politik bersih memiliki harapan baik untuk bisa berkembang dan bertumbuh.

Memisahkan penegakan hukum dan penyelesaian politis dengan baik. Jangan tarik ulur politik, saling sandera politik, membuat penegakan hukum terhambat. Jika ini terjadi, transaksional dalam berpolitik tentu jauh lebih baik.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun