Bangsa ini bangsa Indonesia yang memang secara kodrat Bhineka Tunggal Ika. Sikap ini yang dikedepankan. Dasarnya sudah dipilih oleh bapa bangsa yang berpikir ke depan. Mayoritas dan minoritas sebagai sarana devide et impera, eh malah dilestarikan bangsa merdeka. Hal ini perlu dikikis, sehingga hidup sebagai bangsa yang sama dan satu Indonesia.
Mengurangi apa-apa dengan agama. Sepakat negara ini bukan negara agama pun bukan negara sekuler, namun sering apa-apa dikaitkan dengan agama. Pejabat agamanya apa, pemain bola pun demikian, pegawai ini dan itu dikaitkan dengan agamanya. Padahal agama tidak berkaitan dengan kepemimpinan, agama tidak menunjang kinerja, skil, dan sebagainya. Agama itu relasi  pribadi dengan Tuhan.
Mengurangi kehebohan dan kepo akan agama pesohor, selibritas, pejabat, dan seterusnya. Ini menambah mudahnya berita bohong, setengah fakta, dan bahkan fitnah sebagai sarana memecah belah kesatuan yang diidamkan hidup bersama sebagai bangsa yang satu.
Agama menjadi pintu masuk dalam suasana politik yang gaduh. Stabilitas politik bisa tercapai jika memang warga melek terhadap  kehidupan agama yang tidak bisa ditarik-tarik dalam kepentingan politik, agamanya tidak salah, namun bagaimana pelaku politik busuk yang memanfaatkan sentimen agama yang memang sejak dulu kala memang demikian erat dengan bangsa ini, dan mereka masuk pada hal yang menjadi label utama bangsa ini.
Jangan sampai hal baik ini malah disalahgunakan pihak yang mau enak kekuasaan dengan memecahbelah. Coba agama itu baik kog, membawa kebaikan, tetapi ketika iblis menggoda orang fanatis sempit, semua bisa hancur berantakan. Setan yang berbahagia. Jadi Menteri Setan, apa Menteri Agama jika demikian?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H