Jika tidak bisa menggapai RI-2 masih ada peluang masuk kabinet. Jajaran kabinet perlu darah muda, segar, dan cukup mumpuni di dalam pemerintahan.  Posisi kabinet di dua suara terbesar saat ini  masih bisa tergapai.
Beberapa pihak yang tiba-tiba mendukung Jokowi padahal posisi dan rekam jejaknya selama ini atau dala pilkada serentak kemarin cukup berbeda, bisa menjadi kekuatan dan juga bumerang jika tidak cerdik melihat peta politik yang esensial atau mendasar.
Kuda troya, kisah legenda yang sangat mashyur itu tentu dipahami dengan baik. Memang politik itu sangat cair, tidak ada yang abadi di dalam politik, yang abadi dan pasti itu kepentingan. Diperparah lagi oleh perilaku politikus Indonesia yang abai etik, dan cenderung yang penting kekuasaan.
Rekam jejak belum begitu kuat menjadi sebentuk penilaian. Kekuasaan dan orientasi memperoleh jabatan lebih mengemuka. Bisa saja sekarang bicara B esok menghujat B dan sebaliknya. Politikus itu memang kepentingan toh nurani dan etik pun tidak boleh diabaikan apalagi dilupakan. Â Hal ini justru yang lebih penting untuk dikedepankan dan dibangun. Demokrasi yang beradab dan beretika. Nampaknya seperti utopia, namun tetap harus diperjuangkan.
Prestasi perlu menjadi catatan baik bagi seorang untuk menjadi pejabat apapun itu, bukan karena kebiasaan bermanufer dan lihai membolak-balik keadaan bagi keuntungan sendiri, dan pihak-pihak tertentu saja yang memperoleh manfaat. Bangsa inii terlalu besar jika harus dikorbankan bagi kepentingan pribadi, pun terlalu kecil jika memberikan fasilitas bagi ketamakan orang per orang.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI