Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Latah Politik, Ketika Semua Tidak Netral dan Bentuk Tampilan Bawah Sadar

25 Juni 2018   05:00 Diperbarui: 25 Juni 2018   07:21 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa ini bangsa religius, lihat sepanjang jalan hingga pelosok, rumah ibadah selalu ada, megah, mewah bahkan, dan tidak pernah sepi dari aktivitas keagamaan. Mengapa latahnya yang buruk dan penuh kedengkian, negatif, dan bukan ungkapan syukur misalnya.

Mengubah keadaan itu tidak perlu kemarahan, kebencian yang memuncak, dan dengan bahasa-bahasa kasar. Apa juga tidak merasa malu pada anak-cucu, jika menyaksikan omongan yang mengaku tokoh negara malah kalah dengan preman jalanan.

Kritikan itu boleh, bahkan harus demi baiknya negeri ini. Apa benar itu kritik, atau asal berbeda, waton sulaya, bisa dilihat dengan rekam jejaknya, motivasi yang tidak dinyatakan apalagi diakui. Jika berkutat pada keakuan, pada kelompokku saja, susah percaya bahwa itu kritik.

Apa yang keluar dari mulut itu yang ada dalam hati. Bagaimana mungkin orang yang orientasinya setan bicara malaikat. Orang yang memiliki kecenderungan neraka bicara surga, dan yang biasa curang bisa berkata kejujuran.

Tampaknya guyonan Srimulat yang diulang soal menuduh dan menuding itu masih relevan, bagaimana orang menuding itu satu jari ke luar dan tiga menunjuk ke dalam diri. Bagaimana berteriak-teriak pihak lain, padahal perilakunya sendiri banyak yang paham seperti apa.

Apakah bisa suatu hari mendengar kelatahan itu hal yang positif, lha malah korupsi dijawab dengan ayat suci, yang perbuatan baik dimaki dengan keji. Mau apa sih negeri ini, jika selalu demikian elitnya?

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun