Pengalaman Amien pun tidak sekaya Mahatir di dalam mengelola negara. Pengalaman birokrasi Amien sangat kurang. Memang sebagai "pemilik partai" dan akademisi pun tokoh ormas bisa dikatakan tidak kalah jauh dari Tuan Mahatir dibandingkan dengan Eyang Amien.
Sangat menakutkan jika politik identitas yang selama ini menjadi gaya berpolitik Amien yang akan dipaksakan untuk bisa mengejar ketertinggalan sekian banyak langkah. Sangat mungkin karena memang demikian pola dan kebiasaannya.
Jauh lebih bijak Amien jika seorang sepuh pinesepuh itu menjadi bapa bangsa, menasihati yang muda jika melenceng, dan memberikan pujian dan dorongan jika sukses untuk memberikan kesejahteraan pada rakyat dan membangun bangsa ini.
Susah untuk bisa memlihat Amien berbicara lebih jauh dalam pilpres dengan melihat pemilihan yang lalu, dengan nama yang relatif jauh lebih baik, kondisi berbangsa yang tidak penuh kebencian dan polarisasi demikian ketat.
Pertanyaan selanjutnya, jika benar maju, siapa pendampingnya? Prabowo? Apa iya bisa demikian, suara jauh lebih besar hanya mendampingi suara sangat kecil. Bagaimana PKS, mau dikadalin lagi dengan lebih telak kali ini? usai 2014 sudah menyingkir memberikan tikel pada Hatta?
Bisa saja dan mungkin terjadi Eyang maju, namun hitung-hitungan politis apa masih bisa memberikan kepercayaan itu juga tidak kalah penting. Jangan semata sukses Mahatir tanpa melihat segi lain, hanya melihat usia kemudian merusak bangunan kebersamaan yang sudah ada.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H