Demikian juga Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani, mengapa Sandi berani mengatakan peluang besar, basa-basi juga sih, toh karena ada sesuatu, ada capaian yang bisa diraih, dimungkinkan lebih lagi. Â Mereka berdua memperkuat posisi nonpartisan ala Boediyono yang bisa melenggang mengalahkan ketua umum partai untuk menjadi wakil presiden. Memang posisi Pak Boed bukan semata prestasi, namun kepentingan politis SBY tentunya.
Daerah-daerah banyak memberikan contoh, sehingga membuat partai politik blingsatan, tanpa membahas Ahok daripada banyak yang sakit perut. Ada nama Ridwan Kamil, ada Risma, mereka awalnya bukan orang partai, namun karena partai membutuhkan mereka, akhirnya lah partai melamar mereka, tentu dibalik, mereka mengajukan lamaran untuk maju menjadi walikota.
Kisah-kisah itu sebenarnya tidak perlu merisaukan seperti Gatot Nurmantyo yang merasa gerah karena begitu dominannya partai politik di dalam pencalonan presiden dan wakil presiden. Memang salah satu sebabnya, budaya membuat partai politik untuk menjadi kendaraan cukup menjanjikan, ada Prabowo, Wiranto, dan SBY, meskipun yang sukses ya Cuma SBY sebenarnya lainnya pun nol besar.
Demokrasi ini akan semakin maju dan sehat, jika semua warga bangsa ini berlomba-lomba di dalam prestasi dan pengabdian. Mengabdi dengan sungguh-sungguh, dan ingat pulung, kehendak Sang Pencipta ternyata memberikan kesempatan dan kepercayaan. Partai politik itu sarana  semata.
Prestasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kontroversi mungkin saja berhasil, namun belum tentu sebaik jika itu adalah prestasi.
SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H