Ego perlu dikendalikan karena menjadi masalah berkepanjangan jika tidak dipahami. Apalagi jika latar belakang jomplang. Tidak banyak yang sukses menjembatani perbedaan yang sangat menyolok. Ego biasanya masih bisa diredam ketika bicara cinta, namun ketika "kebosanan", "sangat biasa, dan sudah berjalan sekian lama?
Perbedaan pola pikir, pendekatan, dan kebiasaan yang perlu dipahami bagi pasangan. Laki-laki sudah ya sudah, lah perempuan, sudahnya seabad lagi pun masih diungkit. Di sini biasanya soal lawan jenis bisa menjadi bencana. Masa lalu laki-laki ketika berakhir ya sudah. Perempuan itu tidak, dan jadilah alasan bertikai. Hal ini bukan hal kecil bagi laki-laki, coba kalau setiap saat dituduh apa yang tidak dilakukan, alami, dan rasakan.
Masyarakat sering membuat kotak-kotak, KDRT itu pasti laki-laki, laki-laki yang mengandalkan kekerasan, dan faktor perempuan dengan mulutnya yang nyerocos, itu sering tidak dipertimbangkan menjadi pemicu yang tidak mudah diatasi oleh laki-laki.
Belum lagi media sosial dan telpon pintar yang jika tidak bijak pun menjadi masalah besar. Laki-laki punya dunia sendiri, hobi misalnya, namun bagi perempuan bisa bahwa hal itu perempuan lain. padahal sama sekali tidak ada kaitan dengan lawan jenis.
Perempuan cenderung akan mengulik alat komunikasi pasangannya, namun dianya enggan ketika diajak yang sama. Standar ganda yang lagi dan lagi perlu jembatan di dalam berelasi, apalagi jika di dalam perkawinan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H