Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gertakan PKS, Rasanya yang Tidak Sabar Lagi

29 April 2018   20:07 Diperbarui: 29 April 2018   20:18 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya PKS tidak lagi sabar dan akhirnya ultimatum dead line pun jatuh, sebelum bulan Puasa mendatang, nama di antara sembilan nama sudah harus jelas. Pilih satu atau kami pindah haluan. Menarik dengan "ancaman" ini. mengapa?

Jika hingga sampai hari H tidak ada juga kejelasan dari pihak Prabowo, apa yang akan terjadi?

Pertama, mereka sangat kecil kemungkinan merapat ke pihak salah satu kandidat sama kuat, Jokowi.  Meskipun Shobibul Imam bisa saja, ingat dia pernah ke istana usai jadi presiden partai ini, jadi ada kemungkinan meskipun ssangat kecil. Faksi dan ribet ke dalam tentu mereka enggan dengan ini.  sangat mungkin adalah berbelok arah dan membuat alternatif.

Kedua, sangat mungkin mereka akan bersama-sama dengan Demokrat menjadi  kelompok alternatif dengan opsi mengaet PKB yang sangat mungkin. Mereka berdua sangat tidak mungkin. Namun masalah lagi dan lagi, siapa dapat apa dan siapa yang harus "berkorban" dengan porsi dan proporsi yang ada sangat sulit PKS mendapatkan keuntungan karena kursi dan suara paling kecil di antara ketiganya.

Berbeda posisi Gerindra dengan Prabowo yang masih memiliki beberapa opsi yang jauh lebih menantang, menarik, dan menjanjikan, daripada sekadar "gertakan" PKS.beberapa kombinasi masih sangat mungkin bagi Prabowo dan Gerindra.

Ada kombinasi Prabowo-Anies, meskipun sangat susah karena nampaknya tidak ada yang mau dengan kondisi nonpartisan demikian, dengan mengandeng PAN sebagai koalisi paling mungkin, tentu hanya mengandalkan barisan Amien Rais, sedang ketua umumnya pun ngebet jadi calon wakil presiden. Mungkin meskipun kecil.

Ada pula kombinasi Prabowo king maker dengan menyerahkan pada kandidat Gatot Nurmantyo dengan wakil Zulkifli Hasan atau Imin misalnya, jika PKS "meradang" dan pergi. PAN dan PKB masih bisa ke mana-mana, mereka cukup membantu kubu meskipun tidak signifikan, penting meskipun tidak utama. Bisa enak bisa enek posisi mereka berdua ini.

Mengapa PKS seolah tidak sabar dan seolah mengejar-ngejar Geridra untuk cepat memutuskan siapa yang akan diusung mereka.

Satu, mereka gamang jika kembali ditinggal seperti 2014 dan pilkada DKI. Mereka toh cukup signifikan dan setia dengan kebersamaan dengan Gerindra dan Prabowo. Jika cukup waktu masih ada posisi tawar untuk dijadikan "komoditi" ke pihak lain.

Dua, mereka juga paham ada PAN yang mengincar dengan terang-terangan, ada pula PKB yang sudah siap di tikungan untuk cepat-cepat menyambar kesempatan. Baik bersama Prabowo atau posisi alternatif.

Tiga, waktu yang relatif singkat untuk menggeber siapa yang dipilih, karena toh semua paham nama-nama mereka tidka ccukup signifikan untuk bisa berbicara banyak. Mereka perlu banyak waktu untuk memoles mereka agar menjadi batu yang layak jual. Selain Aher, mereka masih sebongkah batu, yang susah mau dijadikan apa. Polesan, gerindra pemotong, dan trik-trik yang sangat mendesak untuk dipersiapkan. Itu perlu banyak-banyak waktu.

Empat, mereka paham kalau suara mereka tidak cukup menjanjikan, tapi mau mundur jelas malu dan bisa menjadi bencana untuk pileg. Dengan "tekanan" ini, paling tidak memberikan sedikit keyakinan pada pemilih untuk tidak lari dan memilih partai lain. Ingat pileg  dan pilpres serempak.

Dengan melihat apa yang dilakukan PKS ini, sangat logis dan bener tekana perlu diberikan agar mereka bisa memutuskan dan cukup waktu mau ke mana dengan keputusan Gerindra. Dengan tidak jelasnya posisi mereka, tidak bisa bergerak leluasa. Waktu semakin mepet.

Apa yang ditampilkan tersebut, suka atau tidak, mau mempertontonkan kualitas partai politik haus kekuasaan dan orientasi pada kekuasaan bukan soal perjuangan bagi bangsa dan negara. Bangsa dan negara menjadi sarana bagi mereka untuk mengeruk kekayaan. Padahal idealnya adalah sebaliknya, mereka berjuang bersama bagi bangsa dan negara yang lebih baik lagi.

Apakah masih akan memilih partai yang hanya berfokus pada kursi dan kekuasaan semata, dengan rekam jejak yang begitu kelam dengan korup dan perilaku elit mereka yang demikian?

Sayang, produk asli demokrasi dan reformasi yang pernah begitu menjanjikan, ternyata tidak lebih baik. Soal korupsi yang menjadi "musuh" utama gerakan '98, eh mereka malah pioner di sana. Berkali-kali tertangkap termasuk tertangkap tangan sedang korup, melakukan perilaku yang minir dengan suap menyuap, tidak ada sesal sama sekali.

Soal kekuasaan yang begitu lama, koneksi, dan nepotis yang dijadikan serangan pada rezim Orba, toh mereka lakukan juga. Lihat bagaimana perlaku ugal-ugalan mereka di kementrian yang mereka pegang dulu.

Apa bedanya dengan rezim Orba yang berpusat pada keluarga dengan kelompok jika demikian? apakah partai demikian ini yang akan memimpin? Perilaku dan ideologi berbangsa berbeda namun tidak mau mengaku dan mengandalkan sikap mendua yang sangat memalukan.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun