Empat, mereka paham kalau suara mereka tidak cukup menjanjikan, tapi mau mundur jelas malu dan bisa menjadi bencana untuk pileg. Dengan "tekanan" ini, paling tidak memberikan sedikit keyakinan pada pemilih untuk tidak lari dan memilih partai lain. Ingat pileg  dan pilpres serempak.
Dengan melihat apa yang dilakukan PKS ini, sangat logis dan bener tekana perlu diberikan agar mereka bisa memutuskan dan cukup waktu mau ke mana dengan keputusan Gerindra. Dengan tidak jelasnya posisi mereka, tidak bisa bergerak leluasa. Waktu semakin mepet.
Apa yang ditampilkan tersebut, suka atau tidak, mau mempertontonkan kualitas partai politik haus kekuasaan dan orientasi pada kekuasaan bukan soal perjuangan bagi bangsa dan negara. Bangsa dan negara menjadi sarana bagi mereka untuk mengeruk kekayaan. Padahal idealnya adalah sebaliknya, mereka berjuang bersama bagi bangsa dan negara yang lebih baik lagi.
Apakah masih akan memilih partai yang hanya berfokus pada kursi dan kekuasaan semata, dengan rekam jejak yang begitu kelam dengan korup dan perilaku elit mereka yang demikian?
Sayang, produk asli demokrasi dan reformasi yang pernah begitu menjanjikan, ternyata tidak lebih baik. Soal korupsi yang menjadi "musuh" utama gerakan '98, eh mereka malah pioner di sana. Berkali-kali tertangkap termasuk tertangkap tangan sedang korup, melakukan perilaku yang minir dengan suap menyuap, tidak ada sesal sama sekali.
Soal kekuasaan yang begitu lama, koneksi, dan nepotis yang dijadikan serangan pada rezim Orba, toh mereka lakukan juga. Lihat bagaimana perlaku ugal-ugalan mereka di kementrian yang mereka pegang dulu.
Apa bedanya dengan rezim Orba yang berpusat pada keluarga dengan kelompok jika demikian? apakah partai demikian ini yang akan memimpin? Perilaku dan ideologi berbangsa berbeda namun tidak mau mengaku dan mengandalkan sikap mendua yang sangat memalukan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H