Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Konsumen, Pelayan Jasa, Penyedia Jasa, dan Kemajuan Teknologi

19 April 2018   05:20 Diperbarui: 19 April 2018   06:19 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi pola dan tabiat konsumen kita suka atau tidak suka, maaf masih primitif, egois, dan sok tahu jauh lebih menggejala.  Merasa sudah membayar menjadi acuan dan sok jagoan atau sok juragan. Misalnya merokok dalam taksi online, padahal jelas ber-AC, bagaimana mereka ditegur membintang satu. Padahal berapa lama harus menghilangkan bau rokok itu, bencana lain bisa datang jika penumpang berikutnya tidak mau mengerti keadaan.

Konsumen adalah raja tidak sepatutnya lagi, apalagi menghadapai tabiat buruk konsumen. Semua adalah raja, sehingga ada saling menghormati, dan menjadikan pihak lain juga bermartabat. Pihak lain bukan budaknya yang bisa seenaknya sendiri dipaksa untuk melayani sesuai dengan kehendaknya sendiri.

Mau tahu keadaan pihak lain, tidak perlu ahli tentunya, namun mengukur jika sudah keterlaluan, misalnya pelayanan apotik kelamaan, tanya dengan baik, jika sepi, main hape, dan sejenisnya bolehlah melaporkan. Namun jika sekali saja melakukan kelalaian dan tidak fatal, ingat risiko kehilangan pekerjaan bagi pihak lain bisa terjadi.

Melaporkan kru bus kalau ugal-ugalan, ditegur nyolot, main hape sepanjang jalan, membahayakan penumpang, atau ada copet pura-pura tidak tahu, bis sudah berjalan padahal belum turun sepenuhnya sehingga jatuh. Masih bisa lah dimengerti melaporkan, hanya karena kurang atau lebih 50 meter dan sekali saja, ya terlalu.

Pemilik, atasan, pelayan jasa, jika pelaporan berulang pada pribadi yang sama, ulah yang sama, bolehlah ada sanksi, namun kalau hanya sekali, dan ternyata karena keegoisan konsumen, tentu hal itu bukan tindakan bijaksana. Tentunya perlu tindakan yang pasti namun juga jelas. Toh belum tentu konsumen selalu benar dan karyawan salah pun sebaliknya. Jadi bijak bukan pembiaran juga.

Sebenarnya sederhana kog, mau mengerti, jika mmau dihormati ya hormati juga pihak lain. tidak mengedepankan sikap dan sifat egoisme. Memang namanya manusia ingin diri yang lebih. Namun kebebasan tentu ada batasannya. Di sanalah seni hidup itu. Jika mau dihargai, hargailah juga pihak lain.

Kecepatan memberikan protes, hukuman, bisa menjadi bencana bagi pihak lain. Jika itu menjadi pertimbangan dan mau bersabar tentu tidak akan ada yang dirugikan secara parah. Meluruskan yang tidak benar itu baik, namun pedoman umum bukan standar pribadi yang menjadi acuan.

Jangan menjadi gaya hidup juga mohon maaf karena khilaf padahal karena emosional. Khilaf sering menjadi kedok atas pengendalian diri yang sangat lemah bahkan tidak ada.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun