Gatot Nurmantyo dan Prabowo miiter moncer, belajar dulu politik dari militer biasa saja yang satu ini. Dua jenderal ini memang moncer dalam dunia mereka, militer, meskipun satunya mentok pada Pangkostrad karena perubahan kekuasaan, satu hingga bisa Panglima TNI.
Menarik adalah SBY yang berhenti pada bintang tiga, bintang empatnya adalah kenaikan luar biasa, bukan karena militer, dan bukan kepala staf, serta jarang memilki karir luar biasa pun prestisius sebagaimana kedua jenderal itu.
Prabowo, termasuk salah satu jenderal termuda dari militer Indonesia ini memang tidak sempat menikmati bintang penuh di pundaknya, dan kemungkinan sangat kecil juga mendapatkan kehormatan sebagaimana SBY, tetap saja bintang tiga. Beralih ke politik juga tidak sementerang SBY, pun tidak segemilang SBY, padahal di militer jelas gak sebanding.
Di dunia sebelah, politk SBY jelas jauh lebih moncer, dua kali nyalon dan dua kali jadi. Beda dengan Prabowo dua kali nyalon dengan posisi yang berbeda dan dua kali pula tidak menang. Â Ternyata beda dunia beda juga dewi fortunanya.
Kini ada pula militer, bahkan bintang empat penuh tidak karena kenaikan luar biasa, memang jenjang kepangkatan resmi, bahkan Panglima TNI sebagai jabatan terakhir, bukan mundur dan dimindurkan, karena pensiun.
Menyoba peruntungan di dunia politik dengan telah deklarasi capres oleh relawannya. Â Salah satu pendukung utama Prabowo bahkan sudah menyatakan kalau uang Gatot N jauh lebih banyak. Nampaknya ada gerbong yang sama-sama dari militer akan beralih.
Prabowo tidak sejak awal membuat partai politik sebagai kendaraannya sendiri. Setelah mengalami dipecundangi, baru merasa perlu. Hal ini terlambat, beda dengan SBY yang memang sejak awal  membuat partai politik, digawangi jagoan dan politikus tulen dan intelektualis. Jaringan politik lebih kuat dan lebih smart,dalam memetakan masalah dan perpolitikan.
Apalagi Gatot Nurmantyo yang sama sekali tidak pernah berpolitik praktis, tidak punya partai politik, mengandalkan relawan, jauh. Beda dengan Teman Ahok yang lampau, mereka justru mampu memberikan "tekanan" pada partai politik, lepas soal lain, toh TA sukses dan gilang gemilang. Ini pilpres dan beda kasus.
Kemampuan relawan sangat terbatas. Apalagi mau mengandalkan poros alternatif, bisa dikaji kemungkinannya.
Poros ketiga kini sangat mungkin hanya pada PAN, Demokrat, dan PKB jika, ini bersyarat yang sangat mungkin saja terjadi. PKS dan Gerindra, sangat solid, meski bukan tidak mungkin. Masing-masing susah untuk bisa maju ke arah mana, saling tunggu dan saling sandera nampaknya cukup kuat.
PAN jauh-jauh hari menutup pintu untuk Gatot. Meskipun politik itu dinamis, tidak cukup alasan PAN membuka pintunya. Malah bisa merapat ke Jokowi, memang lebih berat ke Prabowo. Apalagi sesepuh yang sangat antipemerintah ini pasti akan mendukung Prabowo.