Pendidikan, tentu bukan semata sekolah. Keluarga, media, dan semua pihak untuk menghargai pihak lain. konsep saling menghargai, tentu akan mengurangi risiko memaki, menghakimi, dan menuding dengan seenaknya sendiri.
Agama dengan refleksi belum menjadi gaya hidup. Di sinilah peran agama bukan semata hafal, namun mengamalkan. Semua tentu paham apa itu menghormati sesama, apa itu adil, apa itu dosa, namun aplikasinya nol besar. Â Agama bukan semata ritual, namun juga dilengkapi dengan pengamalan.
Keteladanan. Elit perlu banyak mengekang diri. Memberikan penghormatan, sikap respek pada lawan ataupun kawan. Sikap ini sangat rendah bahkan oleh elit, sehingga orang bisa seenaknya sendiri karena menyontoh dari yang dilihat sehari-hari.
Media, baik media sosial ataupun media arus utama memiliki peran penting. Rating dan oplah memang penting, namun mendidik anak bangsa juga tidak kalah pentingnya. Memberikan pengajaran melalui pemberitaan dan warta positif. Tidak semata provokasi dan kontroversi. Perlu berorientasi pada prestasi.
Penegakan hukum. Kasihan para korban. Tidak jarang juga pelaku dan korban sama-sama menderita. Namun perlu adanya, sikap tegas sehingga tidak menjadi pengulangan apalagi tabiat dan budaya yang sangat memalukan. Ketegasan menjadi salah satu sarana untuk menyiptakan tertib hidup bersama.
Pendidikan dan keteladanan yang mau mengukur diri, tidak cepat menuding, dan memiliki sikap empati dan menghargai pihak lain. Jika suka menyubit namun enggan disentuh, ya wajar negara ini lebih banyak geger dan huru hara daripada prestasi yang membanggakan.
Elit dan pejabat belajar menahan diri. Silakan berkelahi dengan gagah berani pada ranah yang tepat. Penggunakan kekerasan baik fisik atau kata menunjukkan kualitas rendah seorang pejabat. Emosional bukan kelasnya pejabat. Â
Keterbukaan bukan berarti semua hal juga bisa diumbar begitu saja. Ternyata hal ini sering salah kaprah. Ada bahkan rahasia bisa menjadi konsumsi publik karena salah memaknai kebebasan. Â Ada ranah yang memang harus rahasia, dan itu tidak menyalahi demokrasi. Masih perlu banyak belajar ternyata, apalagi elit. Demi populer dan disukai ngember, padahal sejatinya memalukan.
Apakah akan terus demikian hidup bersama itu? Makin berdab atau biadab yang dimaui?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H