Salah satu ciri orang besar itu berani menghadapi masalah. Tidak menghindari masalah dengan mencari penenang. Di sini Bung Karno menyatakan diri sebagai bangsa besar yang sejajar dengan bangsa lain. Lha melabeli macan Asia, kog ternyata cemeng begini? Â Besar itu bukan klaim tapi perbuatan.
Gagah dan besar itu nyata, termasuk dalam pilihan. Bung Karno dulu membuat mercu suar, seperti istora, gudung DPR-MPR-DPD, Monas banyak yang menyayangkan karena skala prioritas, kemiskinan, infrstruktur, dan berbagai godaan. Tetap berlanjut demi kebanggaan dan kebesaran psikologis.Â
Jika selalu menunggu mampu tidak akan pernah mampu. Dan sekarang baru bangga, dulu apa juga tidak ditentang? Jelas ditentang.
Asian Games, jika tahun 1964 pun berani mengapa tahun 2018 tidak? Ini masalah keberanian dan nyali untuk berani. Jika bangga dengan level regional yang mulai juga terseok-seok itu, kapan bicara olimpiade, termasuk level prestasinya.
Konkret sebagai pribadi yang menyatakan diri Macan Asia, layak menjadi presiden itu bukan semata menilai pekerjaan orang lain. Apa bukti  konkret atas kebocoran anggaran, dan juga penyimpan dana di luar negeri.
Jangan khawatir diambil pihak lain, rival misalnya, jika itu demi negara. Tidak perlu kecewa, wong demi negara kog. Atau memang tidak mampu memikirkan solusinya?
Kog tidak berkmontar soal 38 anggota dewan di Sumut atau 18 anggota dewan dan dua kandidat walikota barengan dicokok KPK? Itu konkret berkaitan dengan bocor, cooor coooor itu. Apa solusinya? Semua paham kalau ada kebocoran. Pemimpin bukan hanya tahu, tapi apa yang mau dilakukan? Itu pemimpin.
Saran nih Pak Prabowo. Kan punya pimpinan dewan itu, ubah paradigma selama ini UUD, dan tidur atau kosong melompong di dewan, jika bisa 75% saja kursi terisi secara rutin, dan inisiasi Fadli dan Fahri, pilihan ke Pak Prabowo bukan ilusi. Ini asli kebocoran bukan bocor alus Pak, bedah malah dewan itu.
Pun polemik KTP-el meskipun bisa dikatakan relatif bersih, toh sama sekali tidak komentar, apa itu bukan pemborosan, bukan kebocoran, dan boleh karena tidak seksi menyikat Jokowi begitukah? Â
Menilik hal ini, jadi curiga, bukan mau jadi pemimpin bangsa ini, demi kemajuan bangsa, namun hanya demi kursi presiden. Wah jika demikian, tidak akan kaget jika suatu saat jadi beneran tidak akan ada perubaha. Presiden sebagai tujuan, dan soal mau apa, tidak lagi jadi bahan pemikiran.
Salam