Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo dan Buah Pikirnya

1 April 2018   05:20 Diperbarui: 1 April 2018   08:45 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo dan buah pikirnya, beberapa pemikiran Pak Prabowo yang merupakan salah satu kandidat paling kuat untuk berkontestasi dalam pilihan presiden mendatang ini perlu mendapatkan banyak perhatian. Paling tidak ada tiga ucapan beliau yang sangat penting untuk menjadi perhatian. Bagaimana kaitan dengan yang hakiki, kemudian arah, dan tujuannya.

Pertama, mengenai bantuan untuk Rohingya beberapa waktu lalu. Beliau mengatakan itu sebagai upaya pencitraan pemerintah. Jelas tujuannya adalah memperlemah kondisi pemerintah yang tidak bekerja, hanya mencari dan membangun citra. Toh semua orang bisa melihat apa yang terjadi. Tidak perlu  menjadi perhatian lebih. Suara pertama usai sekian lama selesai dalam pilpres tahun 2014 lalu.

Kedua,  hal yang masih cukup baru. Mengenai kebocoran. Bocoooor, bocoorrr yang menjadi bahan candaan pada ajang pilpres 2014 nampaknya mau mendapatkan panggung dan klarifikasi berkaitan dengan pajak tahun ini. Beliau menyatakan apa yang diledekan itu diakui menteri keuangan pemerintahan kini.

Menarik, jika menilik apa yang dinyatakan dulu adalah kebocoran anggaran. Ingat anggaran belanja yang jelas besarannya. Apa yang diakui menteri adalah dana yang parkir di luar negeri.

Apa yang dikaitkan itu seolah benar namun jelas tidak demikian. Kebocoran potensi keuangan negara karena parkir di luar negeri dengan penyimpanan uang di luar negeri tentu berbeda. Kekayaan pribadi yang tidak sama dengan anggaran belanja dong.

Nampaknya benar, berkait, dan sahih. Padahal dinalar sedikit saja salah. Apakah  ini memang akan menjadi gaya politik separo fakta yang mau dikembangkan lebih heboh lagi?

Ketiga, soal Asean Games. Dinilai pemberosan. Beberapa hal memang demikian, pemborosan, jika dilihat dengan kacamata yang berbeda. Ini akan sama dengan sebuah keluarga yang mengundang tetangga dan rekan untuk makan malam bareng.

Si istri yang minta ganti baju belum dipenuhi komentar ke pihak lain, suaminya pemborosan. Atau suami yang mau mengecat rumah belum boleh, eh si istri ngundang geng arisannya heboh banget.

Ada dua hal yang patut dicermati soal anggaran Asean Games ini. Satu, penerimaan menjadi tuan rumah ini bukan pemerintahan sekarang. Artinya, gagal dong mau menyatakan pemerintahan sebagai pemboros, dengan kaitannya pilpres 2019.

Pemerintahan itu tidak berganti, meskipun orangnya berganti. Sangat tidak elok menilai demikian. Ini kerja bangsa  bukan semata kerja pemerintahan saja.

Dua, zaman Bung Karno. Jauh lebih tidak mampu sebenarnya. Porak porandang perang belum banyak bisa diharapkan. Akses banyak hal juga masih minim. Mengapa Bung Karno berani?

Salah satu ciri orang besar itu berani menghadapi masalah. Tidak menghindari masalah dengan mencari penenang. Di sini Bung Karno menyatakan diri sebagai bangsa besar yang sejajar dengan bangsa lain. Lha melabeli macan Asia, kog ternyata cemeng begini?  Besar itu bukan klaim tapi perbuatan.

Gagah dan besar itu nyata, termasuk dalam pilihan. Bung Karno dulu membuat mercu suar, seperti istora, gudung DPR-MPR-DPD, Monas banyak yang menyayangkan karena skala prioritas, kemiskinan, infrstruktur, dan berbagai godaan. Tetap berlanjut demi kebanggaan dan kebesaran psikologis. 

Jika selalu menunggu mampu tidak akan pernah mampu. Dan sekarang baru bangga, dulu apa juga tidak ditentang? Jelas ditentang.

Asian Games, jika tahun 1964 pun berani mengapa tahun 2018 tidak? Ini masalah keberanian dan nyali untuk berani. Jika bangga dengan level regional yang mulai juga terseok-seok itu, kapan bicara olimpiade, termasuk level prestasinya.

Konkret sebagai pribadi yang menyatakan diri Macan Asia, layak menjadi presiden itu bukan semata menilai pekerjaan orang lain. Apa bukti  konkret atas kebocoran anggaran, dan juga penyimpan dana di luar negeri.

Jangan khawatir diambil pihak lain, rival misalnya, jika itu demi negara. Tidak perlu kecewa, wong demi negara kog. Atau memang tidak mampu memikirkan solusinya?

Kog tidak berkmontar soal 38 anggota dewan di Sumut atau 18 anggota dewan dan dua kandidat walikota barengan dicokok KPK? Itu konkret berkaitan dengan bocor, cooor coooor itu. Apa solusinya? Semua paham kalau ada kebocoran. Pemimpin bukan hanya tahu, tapi apa yang mau dilakukan? Itu pemimpin.

Saran nih Pak Prabowo. Kan punya pimpinan dewan itu, ubah paradigma selama ini UUD, dan tidur atau kosong melompong di dewan, jika bisa 75% saja kursi terisi secara rutin, dan inisiasi Fadli dan Fahri, pilihan ke Pak Prabowo bukan ilusi. Ini asli kebocoran bukan bocor alus Pak, bedah malah dewan itu.

Pun polemik KTP-el meskipun bisa dikatakan relatif bersih, toh sama sekali tidak komentar, apa itu bukan pemborosan, bukan kebocoran, dan boleh karena tidak seksi menyikat Jokowi begitukah?  

Menilik hal ini, jadi curiga, bukan mau jadi pemimpin bangsa ini, demi kemajuan bangsa, namun hanya demi kursi presiden. Wah jika demikian, tidak akan kaget jika suatu saat jadi beneran tidak akan ada perubaha. Presiden sebagai tujuan, dan soal mau apa, tidak lagi jadi bahan pemikiran.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun