Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kebocoran "User Data" dan Pilpres, di Balik Bayang-bayang Cambridge Analytica

23 Maret 2018   05:20 Diperbarui: 23 Maret 2018   06:15 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu perhatian, meskipun telah telanjang, bisa saja, karena kemudahan bangsa ini di dalam membuka data pribadi. Belum menyadari pentingnya identitas pribadi sebagai  hal yang amat rahasia. Lha nyatanya negara sendiri belum sepenuhnya menilai ini penting. Lihat kualitas KTP-el dan kacaunya penomoran dalam KK dan KTP.

Bank data yang masih karut marut, satu lembaga dengan lembaga lain masih juga berjalan sendiri-sendiri. Belum ada sinergi sebagai sebuah pemerintahan yang utuh, sistem, namun masih egosektoral, orang dan ya kuno artinya.

Namun apakah iya, model demikian akan terus terulang? Pemutaran fakta dan data sudah sangat biasa. Apakah tetap dengan cara demikian demokrasi ini hendak dibangun? Apalagi jika berkaca pada Amerika sebagai negara yang menglaim diri sebagai demokrat sejati, pioner demokrasi, pun masih melakukan perilaku demokrasi yang begitu buruk, janganlah kita malah mengatakan kan tidak apa-apa, Amerika saja melakukan.

Kelemahan yang perlu mendapat perhatian juga adalah melek media, melek media sosial, dan melek teknolohgi masih sangat lemah. Bisa saja karena tawaran hadiah, gratis ini dan itu, dengan segera memberikan data pribadi yang bisa dijadikan apa saja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Tentu apa yang terjadi dengan CA dan panenan data FB itu bisa saja tidak terjadi, namun tentu bahwa berhati-hati juga penting, sehingga tidak ada tuduhan, tuntutan, dan klaim kemenangan siapapun yang nanti jadi presiden sebagai kecurangan. Panenan data ini fakta, artinya bisa saja di sini juga terjadi. 

Jika, sekali lagi apabila terjadi di sini, apa akibatnya dan apa yang akan terjadi? Masih ingat bukan periode lalu, yang di mana-mana peradilan menyatakan menang sah dengan kecurangan atau kesalahan yang tidak signifikan (tentu tidak ada sistem yang sempurna bukan?, dan toh pihak lain juga melakukan hal yang tidak berbeda), akibatnya masih terasa hingga kini.

Syukur bahwa media sosial yang berpotensi merusak demokrasi dengan berbagai nama dan sepak terjangnya sudah mulai ditertibkan dengan berbagai konsekuensi. Menyimak perilaku ini pun sangat mungkin pengakuan kalau berbuat curang sebagaimana CA adalah hal yang mustahil.

Harapannya adalah demokrasi lebih baik, bukan soal siapa jadi apa, namun bangsa ini lebih beradab lagi daripada yang sudah-sudah. Semua pasti bisa.

Salam

Terima kasih untuk Kompasianer Mbak Yun atas ide dan gagasannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun