Saya sering dikirimi hal pornoaksi atau gambar porno oleh teman, hanya saya yang dikirim, privat, namun untuk lucua-lucuan, bukan yang lain. Hanya akan  ada jawaban smile ngakak dan sejenisnya, tidak ada kemarahan. Mengapa? Tahu bukan masalah pelecehan atas kemanusiaan, atau masalah mempengaruhi iman dan sejenisnya. Toh iman saya, dia juga mungkin tidak terpengaruh.
Seksualitas termasuk di dalamnya masuk pada ranah pornografi sejatinya adalah keberadaan diri. Bagaimana coba jika orang itu tidak terangsang melihat lawan jenisnya. Melihat lawan jenis seperti melihat patung atau ya sudah begitu saja demikian? Tidak akan ada kehidupan baru yang terjadi. Nafsu yang terlembaga dalam pernikahan, bisa saja membutuhkan bantuan film biru.
Pendampingan bagi anak dan remaja seturut perkembangan usia. Hal ini menjadi penting dan mendesak sehingga tidak malah menjadi gagap akan kediriannya sendiri. Seksualitas bukan barang yang jauh dari jati diri manusia. Â Melekat dan utuh, hanya karena adanya norma yang sering tidak dipahami dengan baik malah menjadi kacau balau.
Keberanian untuk mempelajarinya, sehingga bukan soal tabu, saru, atau norma yang abu-bau, bahkan tidak jelas. Identik dengan orang buta menuntun orang buta. Sesuatu yang vital, wajar, menjadi heboh karena kebiasaan saja. Bisa diakses di sini
Tentu hal ini bukan membela orang tua yang lalai, namun menghakimi apalagi menghukum tidak bermanfaat, mendampingi dan membuat seksualitas sebagai hal yang alamiah jauh lebih penting.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H