Dulu dinyatakan bahwa kebodohanlah menjadi biang masalah. Kini tidak lagi tepat dan mewakili keyakinan itu. Orang yang dibodohi menyebabkan masalah, bagaimana tidak ketika orang berpendidikan tinggi, pengalaman banyak, dan sering juga punya jabatan namun kena tipu dan kibul juga. Pengaruh Iblis lebih kuat dan merajai duniaÂ
Pendidikan ternyata tidak membawa sikap kritis pada penipuan, penghargaan pada materi, dan abai akan proses. Mengapa demikian? Karena pendidikannya pun abai proses, perjuangan, dan berorientasi pada hasil akhir. Orientasi bukan kemampuan, namun nilai akhir dalam selembar ijazah. Ijazah menjadi tujuan. Soal kemampuan nanti dulu. Jika pendidikan yang model demikian menjadi acuan, ya tidka heran kalau masyarakatnya seperti ini.
Mudah lupa. Melupakan masalah dengan sangat mudah. Belum lama penipuan terjadi di suatu tempat, eh dengan cara yang sama masih juga kejadian, lagi dan lagi. Dulu model koperasi simpan pinjam dan melarikan diri, kini biro ibadah, ngeri  menggunakan agama dan ibadah untuk mengelabui orang lain.
Mentalitas feodalisme. Bagaimana melihat priyayi,penggede sebagai yang wah, menjanjikan ini dan itu. Tidak heran, kini pun terjadi, politikus dan elit bisa berlaku seenaknya sendiri karena memang sudah tercipta kultur yang demikian "suburnya."
Keteladanan dan contoh. Sikap mental yang memang jauh dari memadai. Kursi sebagai jaminan akan penghidupan dan penghormatan ternyata lebih menarik. Soal prestasi bukan perhatian, malah kontroversi jauh lebih menyenangkan. lebih banyak mana pejabat yang berprestasi atau yang hanya berisi kontroversi? Selengkapnya bisa disimak di sini.
Hidup yang berarti itu sekiranya bisa bermanfaat bagi sesama, dunia, dan Sang Pencipta. Apa yang diharapkan jika  orientasi masih pada materi dan keduniaan dengan mengabaikan yang hakiki dan kebenaran sejati. Tentu bukan dalam arti menyalahkan materi, atau materi itu salah dan jahat. Bukan. Materi menjadi sarana untuk membuat manusia bermanfaat juga bisa. Namun jika materi malah menyesatkan, dan menjadi fokus, tentu akan menjadi masalah.
Jika materi itu sarana, sangat mudah dan ringan untuk menyalurkannya. Ketika materi menjadi tujuan, mengambil yang bukan haknya, mengumpulkan dengan cara-cara kotor, akan menjadi sebuah gaya hidup.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H