Semakin banyak orang merasa mampu namun tahu kondisi sangat tidak mudah, akan muncul pencemaran lingkungan dengan berbagai banner,iklan diri, dan narsismepolitis yang merusak pemandangan. Kampanye dengan berbagai cara, dan bisa saja uang atau modalnya tidak jelas, ujung-ujungnya adalah ketika menjabat akan mencari balikan modal. Korup menjadi gaya pemerintahan dan gaya kinerjanya. Termasuk menjadi legeslator tentunya.
Korupsi itu konsekuensi logis atas politik bea tinggi. Berteriak korupsi harus bersih tanpa membersihkan sistem politik mahal, ya sama saja omong kosong. Diperpatah budaya instan bukan budaya proses yang menjadi panglima.
Memang tidak mesti yang buruk dan tamak yang menang dalam demokrasi, bisa juga menyingkirkan yang tamak dan jahat dari kemungkinan menang jika memang rakyat sudah melek politik. Apakah itu mungkin? Sangat mungkin, harapan masih ada.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H