Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Permisifnya Dunia Pendidikan Kita

9 Januari 2018   07:07 Diperbarui: 9 Januari 2018   19:05 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id

Hebat bukan. Ini sangat mendasar, soal penilaian atas proses lho, bisa dimain-mainkan. Belum lagi soal pengawasan dan proses ujian yang sangat kacau itu.

Pekerjaan rumah....alasan menjalin relasi orang tua...kasih sayang...beda tipis dengan memanjakan...

Pekerjaan rumah, salah satu sarana mendidik anak untuk belajar di rumah, selain itu juga mengajarkan nilai tanggung jawab. Namun masyarakat modern ini makin keterlaluan sehingga pekerjaan rumah dibuatkan dengan alih menjalin relasi, waktu sempit, baiklah bisa dimengerti, namun sering dialihkan ke guru les. 

Membayar orang, sedang anaknya main gadgetnya, neggame, dan abai akan tanggung jawabnya. Pengalaman, anak di sekolah, lupa membawa bukunya karena di tas memang tidak ada, kog tidak ada tahu, pembantu yang menyusunkan jadwalnya. Ini sih bukan kasih sayang  memanjakan. Jangan heran lahir generasi pencari kambing hitam.

Tabiat bangsa...

Lihat semua begitu, apalagi di jalanan, sangat liar perilaku berlalu lintas. Mirisnya bukan semata orang tidak berpendidikan, dulu level becak, bajaj yang tidak aturan itu, kini mobil mewah pun menjadi penyumbang ketidakaturan itu. Semua itu pendidikan yang memberikan kontribusi sangat besar, ingat pendidikan pertama dan utama itu dari rumah lho, dilanjutkan di lembaga formal.

Pelanggaran dimulai dari permisif...

Pelanggaran itu dimulai dari sikap permisif terlebih dulu. Dalih demi dalih keluar juga karena sikap tanggung jawab yang lemah diterapkan dalam lembaga pendidikan. Keluarga andil dalam sikap ini dengan atas nama kasih sayang. 

Maklum, masih kecil, kasihan nanti ini dan itu. 

Hal yang  jamak terdengar. Atau sisi lain yang tidak kalah ngawurnya, membiarkan tanpa adanya aturan yang disepakati di dalam keluarga itu. Orangtua banting tulang dan melakukan banyak hal, anak ongkang-ongkang saja.

Perlu disiplin... Kedisiplinan sesuai dengan taraf usia anak. Lihat saja orang-orang kampung bisa menerapkan pendidikan anak, mengapa ornag modern yang dilengkapi dengan teknologi dan pengetahuan malah tidak mampu? Sikap yang lemah dulu untuk  mendidik seperti apa yang dimaui.

Tidak perlu kaget jika menghadapi bangsa yang seperti ini. Sikap mental, mau menang sendiri sudah diciptakan dari rumah, dipermanenkan dalam dunia pendidikan, jelas saja hasilnya sukses besar. Sikap toleran tidak ada, karena hanya hapalan dan wawasan tidak ada sikap dan keteladanan untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun