Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Srikandi Potensial Pilkada Jawa Barat

7 September 2017   16:41 Diperbarui: 8 September 2017   09:38 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga Skrikandi Potensial di Pilkada Jabar

Kemarin, dalam sebuah komentar, ada salah satu Kompasianer yang menyatakan soal Desy Ratnasari. Menarik berbicara pilkada Jawa Barat ini, termasuk juga Bandung, tidak semata pilihan gubernurnya saja. Mengapa Bandung menarik? Karena usai dipimpin walikota yang tenar dan kesukaan media, tentu tidak mudah bagi penggantinya. 

Pilkada Jabar juga selama ini banyak dikupas sosok laki-laki, Demiz, Emil, dan Dedi Mulyadi.  Padahal tidak sedikit perempuan hebat di sana, tentu bukan mau berbicara soal agama atau kepercayaan, namun soal pimpinan daerah. Paling tidak ada tiga srikandi mumpuni yang cukup populer dan berangkat dari dunia keartisan yang menjamin popularitasnya. Ada pula ulasan soal perempuan-perempuan koruptor yang bisa membuat miris karena tidak beda dengan pemimpin laki-laki.

Sifat merawat, memelihara, dan teliti hingga yang kecil sebenarnya menjadi nilai plus bagi perempuan. Kepemimpinan perempuan akan memberi warna yang berbeda. Politik yang laki banget itu bisa menjadi lebih berimbang dan berwarna jika ada perempuan yang juga memimpin. Rivalitas yang cenderung kasar, vulgar, dan tidak mengindahkan tata krama selama ini bisa teredam dengan tampilnya perempuan di dalam persaingan menuju pimpinan daerah. Memang tidak serta merta akan mendinginkan suasana juga.

Desy Ratnasari

Artis yang cukup tenar, baik layar lebar ataupun televisi. Transisi dari layar lebar ke televisi ia alami dan termasuk yang bisa eksis. Selain sebagai artis film dan sinetron, juga penyanyi yang cukup tenar juga, bukan hanya numpang lewat. Sedikit artis sukses karir dan sukses studi, salah satunya yang bisa keduanya Desy. Artinya cukup mumpuni lah soal rekam jejak dari pendidikan dan karirnya. Melompat ke politik pun tidak banyak skandal dan isu miring yang mengikuti. 

Memang belum banyak kiprahnya yang terdengar sebagai politikus apalagi birokrat. Duduk di dewan pun Desy jarang memberikan tanggapan atas isu yang beredar dengan baik dan menjanjikan. Apalagi berbicara sebagai birokrat. Partainya pun kurang menjanjikan untu berbicara kontestasi di level Jawa Barat. Ajang uji coba dan uji nyali jauh lebih bijak jika Desy berangkat dari kota kelahiran dulu, dari tingkat dua, tunjukkan prestasi dan ide-ide bagus. 

Pembangunan yang jelas bisa dirasakan justru menjadi modal besar kampanye murah, bukan uang dan popularitas yang tidak seiring sejalan dengan kepentingan pembangunan. Populer saja tidak cukup, jika tidak mampu membawa perubahan. Saatnya demokrasi cerdas bukan semata menang karena tenar.

Rieke Dyah Pitaloka

Ini pernah merasakan kerasnya pilkada. Berangkat dari dunia seni peran yang cukup apik, belajar formal untuk menunjang diri dalam berpolitik. Memasuki partai politik yang berjaya dengan suara namun tidak berdaya dalam pilpres, membuat sikap militan oposan terasah. Sebagai politikus sudah teruji, entah kini seolah tenggelam, berbeda dengan masa pilpres dan awal masa pemerintahan yang tampil bak masa lama dengan gaya oposannya, dan kini diam. 

Padahal kemarin, periode lalu berani maju dan tidak jauh-jauh amat dengan pemenang dengan banyak jaminan karena jawara bertahan yang didukung partai penguasa pusat, didampingi dari PKS yang kuat di sana, wakilnya artis yang tenar juga. Kekalahan yang belum tentu juga demikian dengan masa yang berbeda. Entah malah minggir dan tidak lagi maju. Sangat berpotensi berdampingan dengan siapapun padahal. Partai pun pemenang di Jawa Barat. Isu korup yang biasa menjerat anggota dewan juga nyaris belum terdengar.

Nurul Arifin

Politikus yang juga berangkat dari dunia peran, meskipun bukan citra baik dengan lakon yang tidak jauh dari humor sensual, bisa ia balik dengan cerdas ketika berpolitik. Bernaung di bawah rindangnya beringin cukup menjanjikan mau maju di manapun. Politikus yang cukup riuh rendah serasa oposan kala itu, kini jauh lebih pendiam dan tidak banyak komentar. Ide menjanjaki kemampuan menjadi pimpinan daerah tingkat dua tentu sangat realistis dan patut diacungi jempol.  

Sikapnya berpolitik sudah cukup matang dibandingkan yang beranjak dari dunia hiburan, tidak salah jika mulai dari Bandung. Bandung yang kemarin tenar karena media, pembangunan fisik yang memang andalan arsitek, tentu bisa ia kembangkan lagi dengan inovasi dan ide-ide segar. Prestasi di Bandung bisa menjadi jembatan untuk naik ke level yang lebih tinggi.

Usia pun masih cukup berkarir dari bawah sebagai pimpinan tingkat dua. Pengalaman jauh lebih berharga. Catatan yang akan bisa dipakai untuk menggoyang paling masa lalunya dikaitkan dengan kekinian yang busananya yang bisa digoreng sebagai  tidak agamis, meskipun bukan masalah, namun namanya gorengan tetap saja  merusak.  Pengalaman di dewan bisa digunakan untuk merambah dunia birokrasi.

OTT terbaru, hakim perempuan dan walikota perempuan tentunya bukan menjadi pembenar kalau perempuan mudah tergoda. Soal tergoda siapapun memiliki potensi yang sama. Patut jika banyak perempuan maju di pilkada demi demokrasi yang lebih baik dan bangsa yang lebih maju juga tentunya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun