Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada Jawa Barat, Saracen, dan Pergerakan Gerindra-PKS

26 Agustus 2017   07:10 Diperbarui: 27 Agustus 2017   13:57 7607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada serentak 2018 makin dekat, pilpres pun menjelang. Dalam sebuah pernyataan, petinggi Gerindra-PKS mengatakan kalau pilkada Jawa Barat bisa mirip dengan Jakarta. Waduh langsung kepikiran SARA yang mengemuka, bukan program dan  kinerja atau  prestasi yang akan terjadi, parno.com.

Deddy Mizwar

Tentu banyak yang paham kemampuan Deddy sebagai wakil gubernur tidak menunjukkan kemampuan yang luar biasa sebagaimana di dunia film. Alasan hanya wakil juga tidak bisa merasionalisasi, karena toh Ahok dan Jarot bisa memberikan bukti wakil bukan sekadar ban serep atau pajangan semata. Popularitas Deddy memang tidak ada yang menyangsikan, karena ia bergulat di dunia film dengan baik dan terbilang sukses. Selain popularitas, nilai plusnya masih perlu waktu, malah kekurangan setia akan pilihan tugas jelas nampak dengan masihnya ia bermain dalam iklan. Ini tentu mengurangi komitmen yang telah ia jalani. Bagaimana wakil gubernur main iklan, di sanapun ditampilkan sebagai seorang birokrat dengan ajudan segala.

Dedi Mulyadi

Harapan yang cukup kuat untuk menjadi pesaing kuat Deddy Mizwar. Bupati yang banyak melakukan terobosan, ketua partai politik cukup kuat, dan pilihan di dalam kehidupan bersama terutama gerakan intoleran cukup kuat. Nilai plus banyak dimiliki karena pengalaman birokrasi, relasi dengan dewan jelas sudah bisa mengatasi dan mencari jalan tengah di mana bisa berjalan semua program. Orang partai politik bukan karena ketenaran saja, namun memang partai yang sudah makan asam garam di dalam dunia politik bangsa ini.

Ridwan Kamil

Pelopor birokrat muda kekinian, media sosial menjadi jejaring dan kekuatannya. Keberaniannya dalam beberapa kasus patut menjadi point positif dirinya. Meyakinkan partai politik untuk menjadi pendukung dan pengusung masih menjadi tanda tanya.  Prestasi memang relatif baik dan menonjol di bawah kendalinya.  Keberaniannya berwacana di media sosial bisa menjadi harapan untuk sosok pemimpin di Jawa Barat. Memang masih perlu bukti lagi.

Mirip Jakarta

Tokoh politik Gerindra-PKS mengatakan, kalau Jawa Barat  akan dibuat kampanye seperti Jakarta, maka  Anies Sandy pun akan diusung. Radar kecurigaan tingkat parno pun langsung bergerak . kalau yang di bawah sadar mirip Jakarta itu SARA, habislah NKRI ini.  semua tentu paham, sepakat, dan tahu kalau mau jujur pilkada Jakarta itu politik SARA bukan kemenangan mesin partai yang berjalan dengan baik.

 Sisi politiknya malah sangat lemah. Kasar, main kayu, menggunakan segala cara untuk mendapatkan kursi, bahkan jenazah pun ikut berpolitik, jangan sampai jika itu terjadi. Mirip Jakarta yang mana coba, prestasi kampanye positif mereka hampir tidak ada.  Program pun hanya antitesis, mengritisi tanpa solusi atas program calon lain, apa yang mau dijadikan andalan di tempat baru? Cara yang sama?

Jawa Barat Potensial Intoleran, SARA Potensial Mudah Membiak

Sebuah organisasi merilis kota-kota di Indonesia yang paling toleran hingga paling tidak toleran, Jawa Barat mendominasi mengantar kotanya intoleran. Artinya dengan mudah isu-isu SARA, sektarian, agama, dan primordialisme akan mudah menjadi amunisi yang disambar dengan cepat di banyak daerah di Jawa Barat.  Tentu potensi ini jelas sangat menguntungkan pihak-pihak yang menyukai SARA dan sejenisnya. Sebaliknya bagi kelompok dan bangsa ini tentu saja miris dan menyayangkan.  Tentu makin maju akan makin bebas dan demookratis itu harapannya, bukan malah makin mundur.

Saracen

Saracen yang telah diringkus, tentu menjadi peringatan bagi kelompok penyuka kebisingan dengan SARA, sentimen buruk yang perlu dikurangi.  Kelompok yang digulung ini, tentu banyak yang memahami sebagai  salah satu aktor di balik maraknya perang media yang jauh lebih negatif, beberapa waktu terakhir ini. Namun jangan abai apalagi lupa, kalau model demikian akan banyak menginspirasi pihak lain untuk melakukan, atau dianggap satu-satunya, ini berbahaya.  Perlu penyelidikan menyeluruh, siapa pemesan, siapa penyandang dana, siapa saja yang terlibat baik langsung ataupun tidak langsung pada perilaku buruk penyebaran berita bohong, fitnah, dan sejenisnya itu.

Peringatan Jeli Pemerintah

Tentu akan dijawab dengan pro dan kontra soal ini, bangsa yang tidak bisa melihat dengan kaca mata positf dan obyektif, tindakan baik pun akan dicari-cari kesalahannya, kekurangannya, dan pasti nemu, meski sering juga asal-asalan. Hal ini tentu pas, jeli, dan tepat, bahwa perilaku buruk pilpres dan pilkada DKI tidak terulang lagi, apalagi di Jawa Barat. Jawa Tengah tidak akan seburuk Jawa Barat soal primordialisme demikian pun Jawa Timur, apalagi kedua partai "pengusung" itu tidak kuat di daerah ini.  Tindakan tegas dan jelas bagi pelaku ini tentu sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Siapa melakukan kejahatan jelas hukumannya, demikianpun jika melakukan kebaikan dan prestasi, memperoleh penghargaan yang sepantasnya.

Bangsa ini bangsa besar jangan dirusak justru oleh egoisme, kecintaan berlebihan secara sempit pada kelompokku saja. Fanatis  boleh dan bahkan harus, namun jika memaksakan kehendak, apalagi menjual agama padahal perilakuny jauh dari tuntutan agama, ya namanya munafik.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun