Sebuah organisasi merilis kota-kota di Indonesia yang paling toleran hingga paling tidak toleran, Jawa Barat mendominasi mengantar kotanya intoleran. Artinya dengan mudah isu-isu SARA, sektarian, agama, dan primordialisme akan mudah menjadi amunisi yang disambar dengan cepat di banyak daerah di Jawa Barat. Â Tentu potensi ini jelas sangat menguntungkan pihak-pihak yang menyukai SARA dan sejenisnya. Sebaliknya bagi kelompok dan bangsa ini tentu saja miris dan menyayangkan. Â Tentu makin maju akan makin bebas dan demookratis itu harapannya, bukan malah makin mundur.
Saracen yang telah diringkus, tentu menjadi peringatan bagi kelompok penyuka kebisingan dengan SARA, sentimen buruk yang perlu dikurangi.  Kelompok yang digulung ini, tentu banyak yang memahami sebagai  salah satu aktor di balik maraknya perang media yang jauh lebih negatif, beberapa waktu terakhir ini. Namun jangan abai apalagi lupa, kalau model demikian akan banyak menginspirasi pihak lain untuk melakukan, atau dianggap satu-satunya, ini berbahaya.  Perlu penyelidikan menyeluruh, siapa pemesan, siapa penyandang dana, siapa saja yang terlibat baik langsung ataupun tidak langsung pada perilaku buruk penyebaran berita bohong, fitnah, dan sejenisnya itu.
Peringatan Jeli Pemerintah
Tentu akan dijawab dengan pro dan kontra soal ini, bangsa yang tidak bisa melihat dengan kaca mata positf dan obyektif, tindakan baik pun akan dicari-cari kesalahannya, kekurangannya, dan pasti nemu, meski sering juga asal-asalan. Hal ini tentu pas, jeli, dan tepat, bahwa perilaku buruk pilpres dan pilkada DKI tidak terulang lagi, apalagi di Jawa Barat. Jawa Tengah tidak akan seburuk Jawa Barat soal primordialisme demikian pun Jawa Timur, apalagi kedua partai "pengusung" itu tidak kuat di daerah ini. Â Tindakan tegas dan jelas bagi pelaku ini tentu sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Siapa melakukan kejahatan jelas hukumannya, demikianpun jika melakukan kebaikan dan prestasi, memperoleh penghargaan yang sepantasnya.
Bangsa ini bangsa besar jangan dirusak justru oleh egoisme, kecintaan berlebihan secara sempit pada kelompokku saja. Fanatis  boleh dan bahkan harus, namun jika memaksakan kehendak, apalagi menjual agama padahal perilakuny jauh dari tuntutan agama, ya namanya munafik.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H