Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Swastanisasi DPR

16 Agustus 2017   05:37 Diperbarui: 17 Agustus 2017   08:10 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alasan kendaraan tidak diperlukan jika "rumah" dekat. Alasan yang jelas mengada-ada. Bagaimana tidak, nyatanya mobil dinas ada, rumah dinas tidak pernah ditempati, ke kantor juga jarang. Moralitas juga masih rendah, apakah malah tidak menjadi sarang penyamun plus rumah maksit jika demikian. Selama ini  gedung dewan jadi sarang maling dan perampok, apakah mau ditambah dengan tempat maksiat  lainnya? fakta, menyaksikan bokep di runag sidang, ciuman di lift oleh anggota dewan, tentu menjadi data dan fakta yang bisa menjadi perhatian soal persyahwatan bisa berbahaya jika demikian.

Prestasi akan Melahirkan Hadiah

Buktikan kinerja apik, jangan kaget akan banjir hadiah. Lha ini, salah saja kinerjanya, kontroversi demi kontroversi yang dipampangkan, eh malah minta hadiah yang tidak masuk akal kadang.  Bagaimana mereka selama ini hasil nol besar, namun malah selalu minta hadiah yang jauh lebih menesak untuk negara ini dari pada mereka. Susahnya kalau pola pikir dibolak balik tidak karuan. Alasan kantor bobrok dan sempit sedang mereka sendiri yang bebal dan tidak cerdas.

Bagaimana staff ahli harus sampai lima, sedangkan settingnya ruang itu memang untuk satu person, anggota dewan.  Kebodohan mereka harus ditanggung oleh negara dengan pembeayaan  berlipat-lipat yang jelas membebani negara. Staff ahli kan yang membutuhkan mereka mengapa negara yang membayar. Sama juga ibu di rumah yang meminta bantuan asisten rumah tangga, masak negara yang membayar? Tentu jelas tidak akan cukup ruangnya, karena pola pikir lama dan tidak cerdas tersebut.

Atau sekalian saja dewan diswastanisasi sekalian?

Jelas akan dibuang yang tidak kompeten. Mana ada perusahaan swasta mempekerjakan pribadi yang tidak menghasilkan dalam beberapa waktu. Target dan ukuran yang jelas bisa diterapkan bagi kinerja mereka. Lha ini ada anggota dewan selama lima tahun, belum pernah mengeluarkan pernyataan apapun dan bisa jadi lagi. Mana ada model demikian di perusahaan misalnya.

Bayaran dipotong jika mangkir. Hal ini bisa menjadi pembelajaran pemalas di dewan. Bagaimana mereka bukan seperti pekerja malah seperti orang kenduri, tidak hadir pun dapat satu dus nasi yang sama.  Swasta sabgat cocok.

PHK dan pemecatan bagi yang malas dan tidak pernah hadir. Selama ini tidak ada. Mana ada perusahaan sebaik dewan, bahkan maling pun masih digaji penuh.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun