Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poyuono vs Fadli Zon, Salah Jokowi juga?

11 Agustus 2017   12:21 Diperbarui: 11 Agustus 2017   18:38 2118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah itu terjadi kini? Siapa yang dilarang, siapa yang dibubarkan, dan mengapa mereka dinilai melanggar hukum? Sepanjang yang dirugikan itu negara, yang diciderai itu negara, dan yang dihinakan dan akan mendapatkan kerugian itu negara, tentu patut diapresiasi.  UU, polisi, dan penegak hukum itu bukan pendukung penguasa namun pendukung bangsa dan negara. Bangsa di atas segalanya, negara sebagai satu-satunya yang perlu mendapatkan perlindungan. Kesalahan pribadi-pribadi yang menjadi pejabat pemerintah, sepanjang terbukti harus dibawa ke muda persidangan.

Ketidaktaatan atas azas dan hukum

Tuduhan, kecurigaan, dan segala macam saling sengkarut bangsa ini karena lemahnya ketaatan pada hukum, azas, dan komitmen yang telah disepakati. Masing-masing bisa menerjemahkan, menganalisis, dan menggunakan sekehendak sendiri. Bagaimana hukum susah tegak karena bisa kalah oleh kepentingan. Hakim ketakutan karena gerudugan massa. Hukum masih bisa ditafsirkan oleh semua orang sesuai kepentingannya.  Azas Pancasila sudah dipilih, namun banyak pula yang menggunakannya sebagai sarana semata demi mendapatkan kekuasaan, padahal jelas-jelas mereka  menolak falsafah itu. Komitmen diingkari jangan tanya lagi bagaimana sumpah dan janji jabatan bisa seenaknya diabaikan.

Penegakan hukum yang sangat lemah

Susah mau menegakkan hukum, bagaimana di atas, gerombolan, gerudugan, bisa mengubah keadaan karena kepentingan sendiri dan kelompok. Perangkat hukum masih bisa dibeli. Uang masih bisa mengubah isi pasal dan isi tuntutan dan akhirnya pada putusan. Bagaimana negara modern masih bisa diatur oleh uang dan kepentingan.  Artinya negara masih bisa dikuasai seberapa banyak uang dan teman yang dimiliki.

Pendidikan dan agama semata formalitas.

Gelar tinggi, berderet, agama semua beragama, status tertinggi dalam keagamaan juga hampir semua memiliki dan bisa menyandangnya, namun sayangnya fitnah pun bisa beredar luas, kebenaran yang diingkari dengan gigih semua demi kepentingan sesaat, pribadi, dan kelompok. Bagaimana mengaku beragama namun sekaligus menistakan kemanusiaan dan Keilahian demi jabatan.

Bangsa ini bukan lemah karena bangsa asing, namun bangsa sendiri yang tidak taat. Menggunakan segalanya demi kepentingan sendiri dan sesaat.

Salam

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun