Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Menjawab Amien Rais

26 Juli 2017   18:20 Diperbarui: 28 Juli 2017   14:28 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari bumi politik bangsa ini heboh dengan pilihan PAN untuk keluar dari ruang sidang yang dikenal dengan istilah walk out. Lucunya PAN mengaku mereka bukan walk out namun hanya abstein. Boleh lah, apapun namanya tidak penting, yang pasti itu hasilnya. Usai itu, sesepuh (pemilik PAN) mengatakan menteri dari PAN lebih baik mundur. Lebih lucu jawaban besan sekaligus ketua umum PAN saat ini, sesepuh itu anggota khusus jadi boleh omong apapun. Ngakak dulu..... 

Perbedaan Sikap atas Undangan Jokowi Partai politik pendukung pemerintah mendapatkan undangan dari istana untuk membicarakan beberapa hal strategis. PAN waktu ditanya oleh pewarta mengatakan tidak mendapatkan undangan. Tentu spekulasi langsung santer. Ada yang siap untuk mengisi pos menteri yang mungkin saja akan dilepaskan dari kader PAN, ngarep dulu.... 

Di waktu lain, presiden menyatakan semua partai politik pendukung dipanggil untuk mengadakan pembicaraan hal-hal krusial yang perlu dukungan partai politik. Semua partai pendukung diundang tentunya. Semua diudang termasuk PAN. Soal ketidakdatangan PAN itu hanya soal teknis, kata presiden. Apakah undangan tidak sampai atau apa, itu tentu soal beda. Yang pasti partai pendukung baik dan solid. Beda dengan anak sesepuh partai PAN yang mengatakan ada yang salah dengan Jokowi tanpa keterangan lanjutan. 

Selang Waktu, Jokowi Baru Bersikap. Ada jeda waktu mengapa Pak Jokowi baru mengatakan hal itu, bukan sesaat atau seuasi pertemuan. Bola liar ketidakdatangan PAN ternyata membawa konsekuensi politis yang sangat besar. Persoalan 2019 langsung lebih nyaring terdengar. Satu, nama Gatot Nurmantyo, Panglima TNI kali ini sangat nyaring disandingkan dengan Prabowo. Beberapa suara, dan partai pun mulai mengarahkan radar dan kupingnya makin sensi. 

Dua, pergerakan pimpinan dan partai pun mulai menggeliat. Wacana bertemunya Prabowo dan SBY makinkuat terdengar.

 Tiga, suara lain yang menyandingkan Gatot Nurmantyo dengan Jokowi pun mulai terdengar. Artinya, ada "perebutan" nama yang sama di dua kubu. Empat, "perebutan" pengaruh untuk si seksi PAN. Sekrup kecil yang bisa membuat bandul berubah arah memang siknifikan. Yang dibutuhkan tidak mesti besar. Ada yang sudah mengatakan menerima dengan tangan terbuka jika Pan "dipecat" koalisi pemerintah.

 Implikasi Apa yang Mungkin Terjadi PAN yang suaranya bisa menentukan arah, dengan mengesampingkan soal PT yang pasti masih akan digugat di MK, tentu merasa jadi gadis yang sangat laris, jual mahal, dan kedua pihak ketar-ketir jangan sampai dibajak. Sifat main dua kaki model mereka juga sudah terpatri di benak politikus bangsa ini. 

Pertama, kelompok di belakang pemerintah tidak perlu panik, ingat mereka toh dulu juga pendukung dan itu tidak berpengaruh pada pemilih presiden. Manfaatkan saja isu strategis di dewan semata. Perlakukan dengan main dua kaki juga, jangan beri peluang yang cukup untuk menelikung. Kecerdikan politikus terutama PDI-P dan Golkar sangat penting. Apalagi Perindo sudah mengeluarkan "keluhan" kalau peta seperti ini Jokowi akan jadi. Padahal mereka erat banget dengan kubu sebelah. 

Kedua, jika didepak dengan tegas akan menimbulkan politik jual derita. Model yang amat disukai sebagian pelaku politik bangsa ini. menjelekkan pihak lain, tanpa mau tahu alasan menjadi korban. Yang dimainkan itu soal didepak, bukan mengapa didepan. Jangan beri peluang untuk itu. 

Ketiga, ulur hingga waktu yang tepat untuk memberikan sanksi pada PAN sehingga tidak menguntungkan pihak lain. Cukup memberikan mereka balas jasa sedikit toh jasa mereka juga tidak banyak. Jelas jangan saat ini didepak. Biar tidak menjadi senjata makan tuan, kesalahan mereka malah tidak terpapar, namun malah mereka mengambil kesempatan. Ini yang dimaui Amie Rais. Dengan menahan laju, dia akan kehabisan amunisi. 

Politik Jual Derita Jilid Tiga SBY ahli menjual derita bagi perpolitikan. Gilang gemilang dengan cara itu, maka sering banget menggunakan curhatan yang sudah lama tidak lagi dipakai. Kesuksesan itu mau diulang karena pernah sukses juga di Jakarta. 

Anies di Jakarta juga mengandalkan politik korban. Di depak mengapanya tidak menjadi fokus, namun didepak, dan itu yang diolah. Ingatan jangka pendek yang masih kuat dibarengi dengan pembentukan opini ternyata sukses. Ini mau dicoba lagi. 

Jika Pan didepak, suah disiapkan, partai yang disia-siakan, dilupakan, habis manis sepah dibuang. Langsung menyatakan mundur saja, eh tidak didengar bahkan oleh petinggi partainya. 

Melihat bedanya sikap, pernyataan, dan komentar yang berseliweran, mempertunjukkan siapa dan mau apa. Serigala berbulu domba akan kelihatan ketika diberi rumput dia diam saja. Ada daging disimpan akan diambil. Lupa sedang berdandan jadi domba. 

Tentu elit sedang memainkan peran masing-masing. Siapa yang paling cerdik akan ketahuan dan kelihatan kualitasnya. 

Saatnya menjebak serigala itu dengan tepat dan telak. Bangsa ini sudah terlalu lama dikelola dengan coba-coba dan pelakunya petualang politik. Saatnya mengarahkan pembangunan bagi bangsa dan negara. Apakah demikian?

 Layak ditunggu. Waktu tidak akan berdusta untuk itu.

 Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun