Apa yang dilakukan dewan jelas kekanak-kanakan dan sangat memalukan, mereka tidak berdaya menghadapi fakta-fakta yang makin mengarah ke diri mereka, akhirnya membabi buta. Seperti ayam yang sudah tersudut, akhirnya segala cara dipakai, termasuk yang sangat memalukan diri dengan keinginan mempermalukan pihak lain.
Minim Prestasi, Media Sosial alangkah baiknya untuk sosialisasi program dan capaian, eh malah cacian bagi lembaga lain. semua juga sudah paham kog mereka selama ini tidak menghasilkan prestasi yang membanggakan, selain kontroversi demi kontriversi yang tidak bermutu itu. Mau menuliskan apa karena memang tidak ada yang dibanggakan, gampang mencela pihak lain kan?
MK menyebutkan DPR sebagai legislator selama 2017 baru satu kali menghadiri persidangan MK. Gugatan terhadap UU yang mereka teken sendiri pun tidak mau hadir. Mengapa mereka tidak datang? Pihak-pihak lain menduga mereka khawatir dicecar dan tidak bisa mempertanggungjawabkan apa yang mereka teken. Mereka tidak bisa melarikan diri atas tanggung jawab moral jika UU itu mendapatkan gugatan. Pemerintah dan dewan kan bersama-sama membuatnya, siapapun yang memberikan ide dan gagasan. Toh juga dewan sangat minim punya ide untuk membuat UU. Mereka hanya datang yang berkaitan dengan UU yang bernuansa puitis.
Dua hal yang disampaikan, baik tudingan dewan atau keluhan MK itu menunjukkan memang dewan sangat tidak bermutu. Besar komentar yang tidak proporsional, berlebihan, dan ikut campur ke mana-mana namun masalah sepele di dalam mereka sendiri tidak pernah dibahas.
Masalah di dewan yang sangat mendesak,
Masalah absensi.Mereka bukan pejabat makan gaji buta, namun presensi kehadiran mereka sangat rendah. Padahal gaji dan tunjangan lain lancar-lancar saja. Coba berapa kebocoran hanya dari segi gaji dan kinerja mereka. Absensi ini sangat mendasar dan sepele.
Masalah produktifitas. Hal ini berkaitan dengan kualitas, mereka banyak yang tidak mampu, namun karena uang dan kepentingan bisnisnya untuk bisa mengeruk uang, membeli suara untuk jadi anggota dewan.
Masalah beli suara.Ekonomi beaya tinggi politik demokrasi akal-akalan sangat tinggi karena kualitasnya rendah. Mereka tidak mampu, maka produktifitas rendah, malas karena tidak mampu untuk berbuat apa kalau datang.
Masalah wakil rakyat dan wakil parpol yang tidak jelas.Mereka sama sekali tidak pernah berpikir soal rakyat, partai nomor satu. Entah bagaimana mereka harus diubah paradigmanya.
Salam