Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPR Tersandera Jerat KTP-el

23 Juni 2017   06:40 Diperbarui: 23 Juni 2017   23:18 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polisi mendukung untuk tidak bisa menghadirkan paksa tersangka karena prosedur hukum tidak dapat menjamin hal itu. Usai kelucuan tercipta dengan surat permintaan datang bagi kolega merka itu, minta polisi menghadirkan paksa. Lho lupa lagi kan rekaman sebagai awal pansus?

Malah jadi pembekuan anggaran. Memperlihatkan arogansi kelembagaan, meskipun baru sebatas ide dan orang secara pribadi. Namun dampak luas sekali jika hal itu benar-benar terjadi. Dua lembaga yang konsern pada perbaikan negara malah hancur karena maling berkelompok yang saling melindungi.

Jelas soal kepentingan sendiri/parpol.  Tidak bisa diragukan lagi, ini hanya soal kepentingan pribadi, kelompok, dan parpol. Lihat saja bagaimana perilaku mereka itu. Semua berbeda karena demi kepentingan masing-masing. Soal rakyat dan negara memang ada dalam benak mereka? Melindungi gunungan uang mereka yang telah mereka rampok dari negara.

Tidak fokus dan berubah-ubah.Hal ini jelas mempertontonkan kualitas dan motivasi mereka. Jika benar demi KPK lebih baik, demi negara, tentu tidak akan mungkin berubah-ubah, apalagi jauh dari motivasi awal. Apakah mereka itu tidak pernah mengadakan evaluasi?

Tidak fokus karena tahu mereka ini melanggar hukum. Mereka sejatinya tahu mereka atau yang hendak mereka lindungi itu melanggar hukum, namun kepalang basah, ya sudah all out semua dilabrak dan ditabrak. Dalih dewan terhormat dan kenal hukum, kalau maling ya tidak kebal dong.

Tidak konsisten.Ini salah satu alasan mendasar dan fakta jelas mereka tidak berpikir demi bangsa dan negara. Mereka berbeda-beda sikap, berubah-ubah apa yang mau dilakukan. Bagaimana bisa orang dan lembaga yang dipenuhi orang tidak konsisten bisa disebut terhormat?

Apakah bangsa ini akan selalu disandera oleh kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok terus seperti ini? Sayang bangsa kaya raya ini digerogoti rayap dan tikus yang sangat rakus tanpa pandang bulu, recehanpun diembat, apalagi yang besar dan mahabesar seperti KTP-el ini.

Mega proyek, penanganannya juga harus ekstrakeras dan ekstrategas, sehingga tidak ada yang lepas dan ngumpet saja. Buktikan, buka rekening, dan kekayaannya. Demi bangsa dan negara. Ini kan kata raktyat, beda dengan yang wakil rakyat, wakil kayanya, wakil sejaheranya, wakili malingnya bolehlah.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun