Jangan kaget kalau pelanggar hukum bisa memperoleh promosi dan memiliki kuasa untuk bisa menindas siapa yang pernah membuatnya mendapatkan cap buruk. Padahal itu perbuatan sendiri, namun karena kuasa bisa diputarbalikan fakta yang ada, benar jadi salah, salah jadi benar, dan sejenisnya.
Jangan heran jika bangsa ini susah maju, karena kejujuran, kebenaran, dan keadilan telah digadaikan demi mendapatkan materi yang dinilainya bisa membawa kemuliaan.
Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan?
Pendidikan, pendidikan itu bukan semata soal kognisi, namun juga mencakup aspek hati, di mana kualitas pribadi itu bukan semata jejeran titel dan mobil di garasi, serta uang di bank, namun soal kemuliaan hati. Tidak antikaya, namun bahwa kekayaan perlu diperoleh dengan jalan yang baik dan benar. Selama ini anak diajari yang penting lulus, soal caranya, mau beli kunci, mau kerja sama, mau nyontek bukan masalah. Ini persoalan.
Agama, pendidikan agama bukan semata hapal atau tahu, namun lebih dalam menjadi gaya hidup. Tidak akan sulit menemukan orang-orang religius, bahasanya tiap kalimat menggunakan ayat-ayat suci, namun tangannya mencuri tanpa merasa bersalah. Kesatuan kata dan perbuatan belum ada, dan itu ada di dalam ranah pendidikan agama.
Ciptakan keluarga sehat jasmani dan rohani. Bangsa ini bangsa yang kaya, namun miskin dalam budi, dan hal ini lah yang perlu dibangun dan dikembangkan, agar bukan menjadi bangsa materialistis dan hedonis.
Jangan kemudian menuduh budaya asing, karena bergaul dengan bangsa A atau B jadi begini. Bukan salah luar, namun salah sendiri, tidak mampu membangun kebaikan sendiri.
Sikap bertanggung jawab dan tidak mencari kambing hitam perlu menjadi gaya hidup. Tidak malah lari dari konsekuensi kemudian menjadikan pihak lain sebagai korban. Hal ini perlu disadari, dikembangkan, dan diubah agar tidak menjadi-jadi. Tabiat seolah benar, separo benar, dan menyembunyikan kejahatan di balik topeng manis menjadi gaya hidup kekinian.
Jayalah Indonesia
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H