Terbuka, melihat ajaran lain sebagai pengetahuan sah-sah saja, bukan sebuah kesalahan bagi saya pribadi. Pengetahuan, kognisi, dan wawasan, apalagi dunia multi media menyajikan itu dengan gamblang dan gampang. Hal ini juga mengurangi sikap curiga, praduga yang berlebihan.
Komunikasi, komunikasi yang macet biasanya karena formal dan kaku serta baku, padahal bisa dijalin dengan kondisi sehari-hari sehingga bisa lahir pembicaraan cair yang melahirkan persaudaraan. Hal ini sering jauh lebih mudah dan murah untuk mendapatkan hasil.
Kritis, sikap kritis melihat bagaimana diri sendiri itu memiliki kemampuan sendiri, sehingga provokasi dan propaganda pihak lain tidak lagi mempan mempengaruhi. Sikap ini sangat penting.
Yakini jika memang benar tidak akan mudah terpengaruh termasuk agama atau kepercayaan lain. Apa iya agama dan kepercayaan  itu semudah itu terpengaruh? Saya yakin tidak.
Sejarah panjang bangsa ini memberikan bukti, jika kelompok ektrim baik kanan ataupun kiri selalu saja gagal di dalam memporakporandakan kesatuan bangsa ini. Bukan hanya sekali, berkali-kali. Bangsa ini telah teruji dengan berbagai-bagai cara dan mampu tampil sebagai bangsa yang berbhineka Tunggal Ika. Mengapa demikian? Â Ya karena sejak awal memang sudah berbeda-beda, bukan hanya oleh satu kelompok saja atau satu golongan saja yang mendirikan bangsa ini. Toleran itu menerapkan apa yang akan terjadi pada diri sendiri dulu. Menuntut diri lebih baru bersikap dan bertindak, bukan sebaliknya tanpa melakukan namun meminta pihak lain lebih dulu.
Jayalah Indonesia!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H