Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suap Siluman, di Negeri Siluman, dan Sikap Bertanggung Jawab

8 April 2017   21:30 Diperbarui: 9 April 2017   05:00 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keempat, azas praduga tak bersalah menjadi dalih orang kuat untuk menuntut pelaporan atas kasus rakus mereka. Hal ini sangat jamak kita dengar.

Kelima, istilah hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas sangat kental dan masih kuat terjadi. bagaimana tidak ketika orang memiliki uang dan kuasa dengan mudah lepas dari jerat hukum. Hukum tidak bisa menjangkau kasus-kasus demikian.

Keenam, maling berdasi belum menjadi musuh bersama seperti maling ayam, hukuman masih lemah, malah belum dipermalukan apalagi dimiskinkan, jika demikian, tentu orang bisa jera. Bagaimana perilaku anggota dewan yang masih membela perilaku maling berdasi. Pelemahan KPK dengan berbagai hal masih saja kuat terjadi.

Ketujuh, sistem perpajakan yang masih amburadul. Suka atau tidak suka sistem perpajakan masih kacau, sehingga orang masih bisa menyembunyikan kekayaannya dengan terang benderang. Bagaimana orang bisa jauh dari profilnya, namun tidak malu, termasuk maling.

Kedelapan, gaya hidup mewah namun malas bekerja keras. Ini hampir semua level masyarakat mengalami dan sayangnya masih tidak juga malu.

Solusi apa yang kira-kira bisa dilakukan?

Mendidik budaya malu, bukan takut. Bangsa ini lebih banyak berkutat pada berani atau tidak, malu pada hal yang sebenarnya tidak malu, misalnya malu jalan kaki, malu tidak punya motor, mobil, rumah bagus, namun malah tidak malu pekerjaan biasa memiliki mobil mewah puluhan. Tidak malu melanggar rambu-rambu lalu lintas. Takut kalau tidak terlihat karena tidak memiliki kekayaan. Takut kalau tidak sama dengan tetangganya, padahal memang tidak mampu untuk sama. Terbalik-balik antara harusnya malu dan takut malah sebaliknya.

Pendidikan agama soal tanggung jawab dan pertanggungjawaban akhirat. Apapun agamanya percaya yang namanya hidup setelah kematian atau alam keabadian. Di sanalah pertanggungjawaban yang tidak akan bisa lagi berdalih, mencari kambing hitam, apalagi memfitnah Tuhan sebagai pemilik rencana.

Menerapkan sistem rasa bersalah dan bertanggung jawab sejak kecil. Hukuman sejak kecil sering diterapkan tanpa menerangkan salahnya. Tidak di rumah, tidak di sekolah, semua menghukum tanpa mengatakan salahnya, diandaikan anak tahu, padahal belum tentu. Sikap ini hingga dewasa terus terbawa.

Sikap bertanggung jawab dan berani menangung risiko atas perbuatan belum menjadi gaya hidup, apalagi elit bangsa ini. bisa berkelit mengapa harus menanggung konsekuensi lebih menjadi cara mereka bersikap.

Apakah demikian bangsa yang beradab, beragama, dan mengaku ber-Pancasila itu?

Jayalah Indonesia!

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun