Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Lahir Barisan Sakit Hati Jilid II Usai Pilkada DKI?

5 April 2017   20:48 Diperbarui: 14 Oktober 2017   02:49 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barisan sakit hati, sama juga dengan kanak-kanak.

Melihat perbedaan sebagai musuh. Padahal tidak demikian, berbeda bukan berarti musuh kog. Lihat saja bapak dan ibu kan beda bukan? Jika bisa memahami demikian, tentu akan bisa melihat demokrasi secara jernih dan benar. Tidak ada yang abadi, hanya sejenak “musuh” itu berkuasa kog.

Tidak berani kalah, hanya mikir menang. Benar bahwa hakikat politik adalah menang. Namanya bersaing tentu ada yang menang dan ada yang kalah, tidak ada yang seri di dalam politik. Pahami saja jika kali ini kalah, belum tentu besok juga akan kalah bukan?

Anak-anak hanya mikir menang dan enak saja, belum tahu kesulitan, perjuangan, dan adanya kekalahan atau sejenisnya. Jika demikian, bagaimana bangsa ini bisa bertumbuh menjadi bangsa yang besar?

Kritik dan kritis itu berbeda dengan waton sulaya,apapun yang dilakukan pejabat itu salah padahal tidak bisa menunjukkan salahnya, apalagi solusi, itu jelas barisan sakit hati. Jika kritik itu bisa menunjukkan mana yang benar, lebih baik, dan memberikan bantuan kemungkinan jalan keluar.

Kritik itu harus dan bahkan kewajiban baik pendukung ataupun yang tidak mendukung agar tidak menjadi pimpinan otoriter, namun jika benar dikatakan salah karena tidak sesuai keinginan, atau bukan yang didukung, itulah ciri kekerdilan jiwa berdemokrasi. Bedakan kritik dengan semua salah.

Energi bangsa ini sudah sangat besar tersedot pada hal yang tidak mendasar. Suksesi di dalam  alam demokrasi itu hal yang sangat wajar dan natural, tidak perlu sampai berlebihan bahkan menjelek-jelekan pihak lain agar kemenangan didapat. Kemenangan bisa diperoleh dengan elegan, sportif, dan beradab, bukan sebaliknya.

Jayalah Indonesia.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun