Hal ini sebenarnya lucu dan menggelikan, beda kalau pemain sudah pensiun dan menjadi wasit, untungnya adalah mereka sangat tahu dan mengerti dengan persis trik yang dilakukan pemain ketika mau mengelabui wasit. Nilai lebih tentunya. Syaratnya adalah sudah usai dengan  ikatan langsung pada klup, mengingatkan Molina, wasit paling tegas di Italia era 90-an hinggga awal 2000-an yang merupakan fans Juventus, ia profesional tapi tetap saja ikatan akan klup idola tidak bisa lepas, subyektif memang,  Nah di sinilah repotnya  karena penilaian dan pengamatan orang akan tetap saja terganggu dengan ikatan masa lalu dari yang bersangkutan. Ke depan mungkin bisa karena parpol bukan organisasi terlarang, untuk era ini masih jauh dari hal demikian.
Politikus Lebih Takut Ketum daripada Sumpah Jabatan
Bukan rahasia lagi ketaatan buta anggota parpol itu pada ketum dan parpol bukan pada bangsa dan negara dalam hal ini Pancasila dan sumpah-janji jabatan. Pola ini masih sangat kuat mewarnai dunia perpoltikan bangsa ini, masih jauh demokrasi secara semestinya di negara ini. Bagaimana melihat ideologi saja amsih kacau, apalagi menyelenggaran pemilu secara adil dan bermartabat.
Orang Parpol Cenderung Kekanak-kanakan.
Kita paham kalau kecenderungan parpol dan orangnya masih labil. Bagaimana mereka tidak siap kalah dan hanya siap menang. Ciri anak-anak yang berdebat soal siapa yang paling hebat bukan? Â Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kualitas pemilu karena kecurangan sangat mungkin terjadi. Bagaimana mungkin penyelenggara diisi oleh orang yang sarat kepentingan dan pokokemenang begitu? Bisa-bisa setiap peraturan, setiap rapat dan mendiskusikan hal yang mendesak malah debat dan berujung pada pertikaian karena saling berebut demi partaiku dulu.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan orang parpol menjadi penyelenggara pemilu, melihat rekam jejak politikus yang masih labil, kekanakan, dan cengkeraman parpol bagi kadernya yang luar biasa lebih bijak jika dikaji ulang ide membolehkan orang parpol berperan sebagai penyelenggara pemilu. Jika memang demokrasi sudah maju, pembedaan peran bisa dijalani dengan baik dan bijak, bukan hal yang mustahil mereka menjadi penyelenggara yang baik dan modern.
Persoalan bukan pada orang parpol atau bukan tapi bagaimana orang parpol bisa bersikap dengan baik dan melepaskan kepentingan diri dan kelompoknya, ini bukan orang parpol saja sebenarnya yang tergoda. Toh parpol bukan organisasi terlarang juga. Bagaimana mereka bisa bersikap terbuka, lepas kepentingan pribadi dan kelompok, serta keberanian meninggalkan kebiasaan parpol selama ini bertindak.
Jayalah Indonesiaku!
Salam
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H