Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bagaimana Sebaiknya Sikap Ketika Hadapi Terorisme?

1 Maret 2017   13:16 Diperbarui: 2 Maret 2017   04:00 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembali baru saja terjadi teror bom. Entah kapan akan berakhir kejadian demi kejadian bom dan peledakan atau penangkapan demi penangkapan pelaku teror yang selalu lahir. Seolah tidak ada habisnya generasi baru pelaku teror, seperti tidak pernah kehabisan stok, coba kalau regenerasi seperti ini ada di cabang olah raga atau ilmuwan yang mendunia, tentu Indonesia bisa berbangga dan tidak malah saling sandera.

Pemberitaan soal terorisme periode lalu.

Entah sengaja, atau karena lemahnya pengawasan, atau memang dipakai sebagai sarana propaganda, atau pencitraan, atau yang lain. Di masa lalu begitu gencarnya pemberitaan penangkapan atau pengepungan pelaku teror. Analisis demi analisis, dari yang benar dan valid hingga yang ngawur sekalipun begitu banyak. Satu yang masih lekat kala penggrebegan pelaku teror lari ke Temanggung, ada seorang reporter teve yang menyatakan mendengar ada terduga teroris yang merintih-rintih, ternyata informasi yang tahu keadaan di sana, jarak media dan tempat persembunyian itu 100 meter, apa mungkin mendengar rintihan, sedangkan teriakan pun belum tentu mendengar. Ada dramatisasi, melebih-lebihkan informasi di sana. 

Belum lagi akan berhari-hari hilir mudik pengamat, baik pengamat intelijen dengan soal kecolongan dan tidak informasi. Pengamat antiteror yang menyatakan cara atau model deradikalisasi yang begini dan begini, pokoknya melimpah ruah informasi soal teror, yang terkadang substansinya pun malah jauh melenceng.

Periode ini,

Jika ini bukan karena kalah panas dengan isu pilkada, tentu sangat baik, meredam aksi teror dengan mendiamkannya. Berkali-kali ada pelaku teror atau terduga teroris yang ditangkap, namun hanya sekali dua kali, dan sering banyak orang tidak sempat dengar, seperti di Waduk Jatiluhur, di Boyolali, dan terakhir kemarin di Bandung. Seperti berita kecelakaan biasa yang tidak perlu berlebihan membahasnya. Jika memang kebijakan yang diambil secara sengaja oleh pejabat yang terkait hal ini positif, namun jika karena pewarta lebih suka dan lebih menjanjikan pilkada, tentu memprihatinkan, karena suatu saat, usai pilkada akan ada rentetan pengulangan jika ada kasus teror lagi.

Teror itu perlu pemberitaan.

Suasana takut, mencekam, dan membuat was-was itu yang mau disasar mereka. Jika tidak ada pemberitaan yang terus menerus mereka akan kelabakan. Salah satu hasil yang mau disasar adalah ketakutan. Ketakutan tercipta dengan peledakan bom, dan adanya siaran-siaran betapa tidak amannya masyarakat. Menggembirakan ketika ada bom malah “dialihkan” dengan jualan kacang dengan tidak takut, kemarin malah lebih heboh soal polwannya, dan bukan peledakannya, atau sosok heroik dari pelajar sekolah menengah. Jelas saja tujuan mereka gagal total. Pemodal akan rugi karena jualannya dilirikpun tidak. Jawaban tidak takut membuat pelaku teror kehabisan akal.

Pemodal tentu mau balik modal, bukan kesia-siaan.

Pemodal terorisme apapun motivasi dan latarbelakangnya tentu menginkan keadaan tidak stabil, jika keadaan kacau yang diinginkan tidak terjadi, tentu mereka enggan untuk menyuntikkan modal. Tidak ada modal tentu tidak akan ada aksi teror, hal ini bukan perkara murah lho. Paling jitu jelas dengan tidak memberikan kepada mereka panggung dengan peliputan berlebihan, sehingga pemodal malas lagi memberikan modal kepada mereka.

Penyadaran kepada generasi muda.

Syukur bahwa pelajar paham kalau pelaku teror itu musuh bersama, dengan kenekatan mereka berani mengejar. Bawa para simpatisan kepada kesadaran bahwa perintah untuk mati oleh pelaku yang tidak mau mati agar menjadi pedoman. Mana ada orang yang teriak-teriak untuk ini itu mati, mereka semua hidup, siapa yang mati? Ya jelas orang yang mau dibodohi untuk mati. Ini soal kesadaran, regenerasi dengan penipuan dan segala macam, saya yakin para pelaku yang meninggal itu sejatinya tidak tahu dengan baik apa yang sedang dijalaninya. Ada informasi yang dilebihkan dan ada yang disembunyikan, apapun motivasinya.

Musuh bersama

Mau lari ke mana ketika semua sudah tidak respek kepada perilaku mereka. Bayangkan saja mereka bisa merajalela karena mendapatkan fasilitas pemberitaan dengan begitu besarnya, masih banyak yang membela, dan meyakini cara mereka benar dan baik. Berapapun beaya untuk deradikalisasi akan selalu kurang dan kurang dengan pembelaan dan pemberitaan yang terus menerus. Rakyat tidak takut bahkan tidak peduli, rekrutmen akan berkurang, dan pemodal enggan memasokkan materi, tentu jauh berkurang, meskipun hal yang utopis jika menghendaki tidak ada pelaku teror sama sekali.

Jangan beri panggung

BNPT dan kelompok-kelompok yang peduli akan korban teror sudha bekerja keras, namun ada sebagian pihak masih memberikan panggung dengan pembelaan membabi buta, pemberitaan yang membuat mereka makin tenar, dan menilai perbuatan mereka benar. Hal ini perlu dipinggirkan agar mereka tidak memiliki ruang untuk bisa menampilkan diri sebagai pahlawan. Mereka sangat picik sehingga pemberitaan miringpun dianggap sebagai pujian. Panggung yang dipakai hilang, mereka tidak akan bisa mengekspresikan diri dengan gagah bak paling berjasa dalam kepercayaannya.

Ini bukan soal sara atau agama karena terorisme biasanya dalam semua agama ada yang menganut paham radikal dan fanatisme sempit. Bagi yang merasa artikel ini menyudutkan pihak tertentu perlu mengaji diri, jangan-jangan malah sudah masuk sebagai kelompok yang tertutup akan yang lain.

Sikap berani dan tidak menyajikan berita yang diulang-ulang membuat terorisme kehilangan akal karena menciptakan ketakutan yang tidak berhasil. Media juga perlu mengerti bagaimana bersikap secara proporsional dan baik.

Jayalah Indonesia!
Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun