Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agus HY, Vicky Prasetyo, dan Tony Blank, Penggunaan Istilah Keren dan Asing

12 Februari 2017   20:37 Diperbarui: 12 Februari 2017   21:15 3054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran pula kalau ada bule begitu gegap gempita mengajak berphoto, kini mulai juga merambah tergila-gila dengan apa yang berasal dari Korea, paling tidak film, atau Timur Tengah dengan segala kelengkapannya, termasuk orang-orangnya.

Tidak anti asing, namun selektif dan ada batasan

Bangsa ini kaya, sangat kaya, lihat saja ribuan pulau, ratusan bahasa, tarian, dan lainnya yang sangat banyak. Boleh memang belajar, melihat yang asing, namun bukan berarti bahwa yang asing itu tentu lebih baik, cocok bagi bangsa dan budaya Indonesia. Budaya asing memperkaya bukan malah mengusir sehingga kita menjadi tamu di negeri sendiri.

Kebanggaan itu harus namun tentu juga berkembang bersama dengan yang lain. Era global ini mau semua negara seperti kampung sangat besar yang tidak bisa lepas dari pengaruh yang lain. Tidak bisa menyalahkan pihak lain atas keterpurukan, keadaan, atau rusaknya kita, namun bagaimana sikap kita sendiri menghadapi itu semua. Mosok cangkul saja harus import, tentu bukan salah yang mengeksport namun mengapa ada yang mendatangkan ke sini, di sinilah persoalannya.

Negara kuat atau lemah itu tergantung diri kita sendiri. Bagaimana mau memperkuat kala di dalam negara sendiri saling cakar, saling hina, saling bermusuhan, dan sering sayangnya hanya karena hal yang sepele, bukan hal  yang mendasar. Tentu menjadi makanan empuk bagi pihak-pihak yang menginginkan kekayaan negeri kita yang melimpah ini.

Salah satu jati diri bangsa adalah Bahasa Indonesia yang sudah dinyatakan dalam ikrar Sumpah Pemuda sejak 1928, mengapa malah kini oleh orang-orang yang memiliki pengaruh malah disingkirkan sendiri? Apakah jika berbahasa asing itu meningkatkan kualitas diri? Belum tentu juga kog.

Jayalah Indonesia!

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun