Cinta damai dari rumah juga harus didukung oleh masyarakat. Dalam hal ini sikap toleran itu berani mengekang ego dengan kesadaran bahwa kebebasan kita juga terbatas oleh hak azasi pribadi lain. Tidak ada kebebasan mutlak. Bagaimana kita saksikan paling jelas di jalan raya dan angkutan umum.
Toleran pada hal-hal buruk, bukan pada kebaikan
Miris kita malah sangat toleran pada hal-hal yang buruk. Contoh sederhana dan ironis, bagaimana kita sangat toleran pada kesalahan karena sudah jamak terjadi. Menyeberang jalan tidak pada tempatnya, baik zebracross, atau jembatan penyeberangan, atau duduk dengan manis di bangku untuk manula, ibu hamil dan menyusui, ketika kita taat akan aturan itu malah mendapatkan cemoohan.
Agak lebih besar, toleran akan pelanggaran hukum karena sudah sangat biasa, jelas suap baik untuk polisi kala melanggar lalin, mau masuk sekolah favorit, atau masuk seleksi baik itu polisi, militer, atau ASN. Karena sudah biasa, ya ikut saja, toh semua ikut kok.
Korupsi, sebenarnya banyak yang tahu kok, namun pas ketangkap atau tersandung KPK, polisi, jaksa, baru beramai-ramai mengatakan, kan sudah lama, atau itu apes dan sebagainya. Ini karena pembiaran dan sikap toleran yang tidak tepat.
Toleransi itu untuk hal yang baik, bukan malah sebaliknya. Menuntut ini itu padahal membiarkan kejahatan merajalela di depan mata.
Jayalah Indonesia!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H