Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pemberitaan yang Perlu Lebih Bijak daripada Sekadar Blur untuk Robot

13 Oktober 2016   07:58 Diperbarui: 13 Oktober 2016   12:00 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melawan aparat

Hal ini juga soal tafsir yang bisa seenaknya demi kepentingan sendiri, aparat yang berlebihan, namun rakyat juga berlebihan. Mengapa harus kekerasan, meniru yang disajikan media, padahal belum tentu sama dengan apa yang disajikan media, yang terjadi di suatu tempat, namun ikut-ikutan itu buat akhir yang sama.

Tugas media, selain memberikan pemberitaan informasi, memberikan pengetahuan soal peristiwa namun juga memiliki peran untuk mendidik sehingga rakyat makin kritis dan bisa menimbang dengan baik apa yang tersaji. Ingat pola pikir, pendidikan, dan pengetahuan bangsa ini masih beragam. Tidak semua sudah berpendidikan sehingga belum tentu sesuai dengan apa yang dipikirkan ketika membuat berita. Nyatakan profesor doktor saja bisa terpedaya dengan seorang dukun.

Revolusi mental budaya meniru yang positif. Peniru ulung sayangnya untuk yang negatif. Ini sebenarnya potensi luar biasa besar. Coba lihat vespa sampah itu sebenarnya potensi yang diaktualisasikan dengan tidak semestinya, bisa jauh lebih bermanfaat daripada ditilang dan dianggap sebagai mengganggu lalin atau pemandangan. Mengapa kemenpora tidak mengurus potensi muda ini malah ribut soal aset yang dikemplang sang mantan, atau malah berkelahi terus dengan PSSI, ini  konkret kerja mereka bersama kemenristekdikti.

Seruan presiden lalu soal mewartakan prestasi, hal positif, dan lagu kebangsaan memang sudah ada, namun belum sebanding dengan pemberitaan negatif seperti di atas. Ini penting agar negara ini  optimis, berpikir positif, dan lebih memilih persatuan daripada perpecahan. Peran media sangat menentukan mau dibawa ke mana negeri ini.

Apa akibatnya? Peniruan yang negatif jauh lebih banyak. Lihat saja kekerasan dan melawan itu ada di mana-mana sekarang.

Lebih banyak memaksakan kehendak dan kekerasan daripada berbicara dengan otak dan pikiran jernih. Anehnya ini pun bisa dari aparat ke rakyat lho. Bagaimana  mereka berperilaku demikian? Kan aneh sebenarnya.

Hukum bisa berbelok karena tekanan massa. Ini sangat berbahaya karena ada pihak yang dikorbankan oleh pihak lain yang memiliki daya, bisa uang, massa, atau pengaruh. Hal ini banyak terjadi.

Revolusi mental harus disegerakan, bukan hanya jalan di tempat. Semua pihak harus terlibat, bukan hanya pemerintah.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun