Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pemberitaan yang Perlu Lebih Bijak daripada Sekadar Blur untuk Robot

13 Oktober 2016   07:58 Diperbarui: 13 Oktober 2016   12:00 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Panasnya soal blur dan sensor kadang tidak tepat guna, seperti boneka minion,bahkan ada robot, atau siaran PON yang menayangkan renang. Bukan soal itu, karena sudah banyak sekali rekan K-ners yang membahas sejak beberapa bulan lalu. Beberapa hal yang berlebihan bisa menjadi “inspirasi” adalah sebagai berikut:

Kekerasan antarwarga, antarsiswa sekolah, dan yang sejenis

Berita ini sangat sering, bahkan berlebihan, dari semua daerah di Nusantara ini banyak kisah yang sama. Apakah media terutama televisi kekurangan tema berita, tentunya tidak. Penyakit lama bangsa ini untuk berkelahi antarkampung, antarsekolah, atau antarapapun saatnya perlu dihentikan agar tidak menjadi “inspirasi” bagi pihak yang selama ini belum melakukan itu. Media tidak akan kekurangan kog berita, melimpah, hanya memang perlu lebih kerja keras, beda meliput seperti ini. Beda memberitakan perang demi tumpah darah atau mempertahankan negara, lha ini hanya soal petasan, knalpot, atau siulan.

Protes berlebihan di pengadilan

Persoalan ini memang lingkaran setan, bagaimana peradilan yang masih bisa dibeli sehingga bisa menimbulkan tafsiran dan ketidakadilan yang melela di depan mata. Tidak heran pihak yang merasa tidak mendapatkan  keadilan marah dan merusak atau menghajar siapa saja. Hal ini bagi media perlu dibatasi sehingga tidak lebih parah menularkan penyakit yang hadir di era reformasi. Negara harus membeayai pembangunan lagi dan itu tidak murah lho. Beritanya kadang diulang-ulang, di semua televisi lagi, seolah memberikan pelajaran dan patut untuk dicoba. Jangan heran lahirnya motif karena belajar dari televisi.

Pengamanan polisi yang berjumah ribuan

Menarik adalah polisi selalu mengatakan akan mengamankan acara dengan ribuan atau ratusan anggota. Apa artinya? Rakyat bangsa ini masih biadab, belum beradab sehingga perlu pengamanan dengan jumlah polisi yang sering lebih banyak dari yang diamankan. Hal ini juga lucu dan ironis kog malah diberitakan media jumlahnya, apakah tidak menjadi bagian strategi? Hampir sama adalah siaran langsung ketika mengadakan penggrebegan seperti kemarin penyanderaan di sebuah rumah, lha apa tidak mengacaukan strategi polisi. Hal-hal ini perlu dipertimbangkan lagi.

Berita yang bombastis diulang, berseri, dan luarbiasa masif

Memang ini bagian utuh atas kebebasan informasi, namun jangan lupa ada juga bagian memberikan pendidikan bagi masyarakat. Perlu diingat bagaimana setiap pemberitaan keluar soal perkosaan massal, skandal artis, penggandaan uang, dan itu selalu saja diulang-ulang, dengan segala karut marutnya. Deraian air mata, mata melotot, atau entah apalagi. Apa harus seperti itu? Tidak juga, jangan heran kalau kemudian lahir kasus-kasus lain yang identik.

Berita buruk merupakan berita terbaik

Kepercayaan itu memang tidak bisa dihilangkan, namun tentu bisa dikemas lebih baik dan bijaksana lagi. Sepakat bahwa sebagian bangsa ini sudah lebih dengan beban hidup, enggan untu perlu mengerutkan kening melihat televisi. Namun bukan berarti media harus mengikuti alur ini, perlu diajak untuk meluruskan pemahaman ini.

Melawan aparat

Hal ini juga soal tafsir yang bisa seenaknya demi kepentingan sendiri, aparat yang berlebihan, namun rakyat juga berlebihan. Mengapa harus kekerasan, meniru yang disajikan media, padahal belum tentu sama dengan apa yang disajikan media, yang terjadi di suatu tempat, namun ikut-ikutan itu buat akhir yang sama.

Tugas media, selain memberikan pemberitaan informasi, memberikan pengetahuan soal peristiwa namun juga memiliki peran untuk mendidik sehingga rakyat makin kritis dan bisa menimbang dengan baik apa yang tersaji. Ingat pola pikir, pendidikan, dan pengetahuan bangsa ini masih beragam. Tidak semua sudah berpendidikan sehingga belum tentu sesuai dengan apa yang dipikirkan ketika membuat berita. Nyatakan profesor doktor saja bisa terpedaya dengan seorang dukun.

Revolusi mental budaya meniru yang positif. Peniru ulung sayangnya untuk yang negatif. Ini sebenarnya potensi luar biasa besar. Coba lihat vespa sampah itu sebenarnya potensi yang diaktualisasikan dengan tidak semestinya, bisa jauh lebih bermanfaat daripada ditilang dan dianggap sebagai mengganggu lalin atau pemandangan. Mengapa kemenpora tidak mengurus potensi muda ini malah ribut soal aset yang dikemplang sang mantan, atau malah berkelahi terus dengan PSSI, ini  konkret kerja mereka bersama kemenristekdikti.

Seruan presiden lalu soal mewartakan prestasi, hal positif, dan lagu kebangsaan memang sudah ada, namun belum sebanding dengan pemberitaan negatif seperti di atas. Ini penting agar negara ini  optimis, berpikir positif, dan lebih memilih persatuan daripada perpecahan. Peran media sangat menentukan mau dibawa ke mana negeri ini.

Apa akibatnya? Peniruan yang negatif jauh lebih banyak. Lihat saja kekerasan dan melawan itu ada di mana-mana sekarang.

Lebih banyak memaksakan kehendak dan kekerasan daripada berbicara dengan otak dan pikiran jernih. Anehnya ini pun bisa dari aparat ke rakyat lho. Bagaimana  mereka berperilaku demikian? Kan aneh sebenarnya.

Hukum bisa berbelok karena tekanan massa. Ini sangat berbahaya karena ada pihak yang dikorbankan oleh pihak lain yang memiliki daya, bisa uang, massa, atau pengaruh. Hal ini banyak terjadi.

Revolusi mental harus disegerakan, bukan hanya jalan di tempat. Semua pihak harus terlibat, bukan hanya pemerintah.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun