Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film: Ben Hur dan Versi “Carangan” Ala Injil

13 Oktober 2016   06:01 Diperbarui: 13 Oktober 2016   07:58 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Ben Hur yang berkisah mengenai pilihan politik damai berkelindan dengan kisah Kitab Suci terutama kisah hidup Yesus. Beberapa hal yang sangat erat dengan kisah hidup Yesus namun tentunya tidak ada dalam Injil. Kisah ketika Ben Hur diarak dengan penuh derita, datang Yesus memberikan minum, dan dibalas oleh Ben Hur memberikan air saat Yesus menjalani jalan salib.

Carangan ala Wayang. Kisah pewayangan carangan, adalah apa yang khas Nusantara dan tidak ada di dalam kisah Mahabharata dan Ramayana sebagai pakem wayang yang sesungguhnya. Seperti Semar dan punakawan, adanya sifat dan perilaku tokoh yang disesuaikan dengan karakter dan budaya Nusantara. Itu sah-sah saja tidak ada yang salah, justru memperkaya. Apa yang perlu dilakukan adalah dengan mengerti dengan baik kisah babondari Ramayana dan Mahabharata. Carangan itu baik dan tidak masalah, sepanjang tidak merusak citra pakem asli tokoh yang ada, kalau hanya menghilangkan hal-hal kecil dan bukan prinsip tentu tidak masalah.

“Carangan” Ben Hur diberikan bagaimana kisah perlawanan masyarakat Yahudi yang merasa tertekan oleh penjajahan Romawi. Pilihan keluarga bangsawan Ben Hur sangat bisa dimengerti untuk mereka koopratif, jalan damai, dan mendapat previlige yang jelas menguntungkan mereka. Sisi lain kaum Zelot yang memilih cara kekerasan dengan memanfaatkan anak-anak muda yang mudah dibakar nasionalisme mereka yang menggelora. Dan di sinilah kisah dimulai.

Kisah pengajaran Yesus dengan damai dan penuh kasih tampil kala Ben Hur disiksa sebelum dijadikan budak tukang dayung. Yesus datang memberikan minum bagi Ben Hur, di mana prajurit tidak berdaya. Kisah ini sama sekali tidak ada dalam kitab suci, namun esensi soal damai, cinta kasih, tidak memilih kekerasan itu ada.

Tidak heran istri Ben Hur tertarik bergabung dengan Yesus sepeninggalan mertua, ipar, dan suaminya. Tentu bukan hal yang mudah menghadapi penjajah dan sendirian, dan ajaran melepaskan dendam dan memilih kelemahlembutan itu menjadi pilihan yang paling mungkin.

Keberanian menghadapi masa depan dengan pengharapan juga menjadi khas akan pengajaran Yesus. Ben Hur bisa menghadapi kerasnya kerja rodi di kapal perang yang akhirnya membawanya mendapatkan kebebasan karena harapan.

Kekerasan yang ditolak Yesus saat Petrus menghunus pedang kala yesus ditangkap dengan mudah ditemukan di dalam kitab Suci. Demikian juga jalan salib, tokoh Pontius Pilatus, dan kisah pengajaran Yesus ada di dalam Kitab Suci. Namun bagaimana Ben Hur memberikan air minum bagi Yesus yang kehabisan tenaga jelas tidak ada. Kisah akhir jalan salib di mana Ben Hur mendapatkan kembali semua, ibu dan adiknya sembuh, istrinya kembali, juga bukan kisah kitab suci.

Apakah itu menyalahi kitab suci? Tidak, boleh orang mau merefleksikan seperti apapun, asal tidak mengubah inti  yang diajarkan. Berbeda ketika Yesus mengizinkan ben Hur melempar pengawal Romawi, jelas tidak bisa diterima.

Itu adalah karya seni, yang memiliki otonomi sendiri yang tidak boleh dinafikan oleh otoritas agama atau teologi. Apakah tidak melecehkan agama? Sama sekali  tidak, toh esensialnya masih sama, cinta kasih, damai, harapan, soal orang yang terlibat, cara mengatakan dan menyatakan berbeda tidak masalah.

Bagiamana perbandingan dalam pewayangan juga demikian. tokohnya masih sama, tokoh yang terlibat bertambah, namun tidak mengurangi karakter mereka. Akan menjadi heboh jika seumpama Pendawa habis ditumpas oleh Kurawa, tentu tidak akan diterima bukan?

Versi carangan itu tetap sejalan dengan kisah babon,namun dengan bumbu hasil olah pikir dan olah cipta kreasi pekerja seni, pelaku spiritual yang mendalam, dan banyak lagi. Tentu hasil permenungan dan refleksi tidak ada yang salah sepanjang masih sejalan dan tidak berkebalikan bukan?

Apakah tidak mempengaruhi iman? Sama sekali tidak, iman yang mana? Karena toh esensi tokoh Ben Hur yang memberikan kesempatan, lihat ada adik angkatnya, pemuda Zelot, dan rekannya di dalam perbudakan justru  menambah konkretisasi pengajaran Yesus. Aplikasi nyata, hasil olah pikir penulis skonario.

Cinta kasih, melepaskan dendam, sebagaimana dipertontonkan Yesus. Istri Ben Hur mengajak suaminya bersikap yang sama, meski awalnya tidak bisa toh mampu juga melakukan, kejatuhan yang berulang namun mampu ia bangun dan jalani. Ia berani memeluk adik dan ibunya yang kusta sungguh hal baru di mana kala itu, kusta adalah kutukan. Pelukan kepada adik angkatnya yang menghunus pisau bukan hal yang mudah kalau tidak ada cinta kasih.

Harapan, bagaimana ia mengalahkan siksa sebagai budak dengan harapan ketemu keluarganya. Kesembuhan ibu dan adiknya. Perubahan radikal adik angkatnya, dan enyahnya penjajahan Romawi. Itu semua terjadi dengan apik disajikan dalam bahasa gambar tanpa banyak dialog.

Hiburan yang bisa juga menambah iman dengan mau merefleksinya. Apakah ini memaksakan teks bisa juga, namun bahwa ada kesesuaian iya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun