Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dewi Persik Berkat bagi Anies-Agus dan Merosotkan Sandi-Saefullah

26 September 2016   18:54 Diperbarui: 26 September 2016   19:06 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dewi  Persik Berkat bagi Anies-Agus dan Merosotkan Sandi-Saefullah

Lagi-lagi edisi pilkada DKI. Satu nama yang membuat dua orang berkibar dan juga dua orang meredup. Orang itu bukan politikus top, malah dari dunia artis. Isu lama yang kembali digoreng belum masif banget sebenarnya, namun membuat perubahan cepat dalam panasnya menjelang pilkada kali ini. Dua  nama yang awalnya nyaris tidak terdengar, yaitu Anies Bawedan dan Agus Yudhoyono, malah meroket jadi bacagub. Dua orang yang sangat santer jadi cagub dan wacagub malah turun menjadi bacagub dan hilang dari percaturan.

Isu lama yang mulai menggeliat membuat koalisi kekeluargan yang memang kurang greget, motivasi sebatas asal bukan Ahok pecah menjadi dua kelompok berimbang. Satu sisi Gerindra yang tetap bersikukuh untuk membawa Sandi yang mulai dihembusi aroma tidak sedap, mau tidak mau membuat parpol lain mulai meninggalkan dan lebih nyaman membentuk jaringan baru.

Anies, merupakan orang yang mendapatkan durian runtuh dari kuatnya nama-nama lain. Sama sekali Anies belum berbuat untuk sosialisasi. Memang sejenak terdengar, namun tidak sesanter ini. tarik ulur antara Gerindra dan PKS yang mulai ditinggalkan PKB dan P3 yang tidak nyaman denga skandal perempuan. Mereka lebih memilih beralih pandangan. 

Tidak heran akhirnya sebagai alternatif dan mau tidak mau Sandi turun kelas. Anies yang tidak berbuat apa-apa  sebagai jembatan PKS dan Gerindra. PKS tahu diri dengan baik soal posisinya, lebih baik menawar dan ikut terlibat daripada sama sekali tidak dapat. Membuat Anies di atas dan Sandi di nomor dua. Soal  skandal PKS telah berpengalaman, untuk mengatasi hal demikian mereka tentu telah berhitung dari pengalaman selama ini  (jangan tersinggung dulu, ini dalam arti bahwa mereka tentu sudah punya antisipasi yang baik).

Agus, ini juga relatif jauh dibandingkan nama-nama lain, hanya dalam hitungan hari nama ini makin santer. Menyingkiran nama besar seperti Yusril, Lulung, dan lain-lainnya. Posisi sebelah yang tidak potensial membuat mereka berani memberikan tawaran baru. Mengusung bukan orang politik, dengan diduetkan birokrat senior mengadu peruntungan di pilkada kali ini. soal pro dan kontra masih wajar saja.

Dua yang mendapatkan berkat terselubung, di sisi lain juga membawa konsekuesi tersisi bahkan hilang dari peredaran.

Saefullah, nama yang sempat memiliki peluang sangat besar karena banyak kandidat yang menyukainya, dari Yusril, Sandi, demikian juga parpol, ada PKB, dan yang lain pun tidak alergi. Dua kelompok bahkan seperti bersaing. Eh tiba-tiba datang kisah Dewi Persik yang membuat peta berubah banyak dan implikasi besar pun terjadi.

Tragis yang dialami Sandi, bagaimana ia paling getol, paling semangat, dan berdaya upaya untuk tetap menjadi calon dan mau melakukan apa saja. Bagaimana siap dijadikan ccalon untuk DKI-1 ataupun 2, maau dipasangkan dengan siapa saja, mau melakukan pengenalan diri dengan berbagai cara.  Akhirnya tetap jadi bakal calon, dan kembali saja sendirian, mana ada parpol yang membantunya untuk menjual dirinya lebih baik lagi. Pembelaan sama sekali tidak pernah datang, menyatakan nilai positif juga sama sekali tidak ada.

Menyimak keadaan yang ada, lebih beraroma orang non partisan daripada partisan ulung. Enam orang, dengan jelas saja tiga pengalaman partisan dengan satu Sandi yang masih sangat hijau, bisa diartikan bahwa lebih separo orang non partai. Apa artinya? Bahwa parpol telah gagal menghasilkan kader yang layak dan pantas untuk bertarung dalam era demokrasi yang modern.

Apa yang ditampilkan bukan antiparpol atau deparpolisasi, namun bahwa parpol memang tidak bisa memberikan kontribusi baik bagi kehidupan bernegara. Parpol pontang-panting lari dengan panik lari dari satu sosok ke sosok lain, tanpa melihat siapa mereka, yang penting berpotensi menang dan tidak peduli asalnya. Orang-orang parpol malah berteriak-teriak saja seperti suporter yang ndelok, kendel alok,malah hanya komentar tanpa isi. Ini hanya menujukkan sisi iri tanpa mau bebenah.

Lemahnya posisi orang yang potensial namun tidak punya kendaraan. Lihat saja bagaimana Saefullah yang hilang tidak berbekas, atau Sandi yang memang lemah dalam berpolitik bisa dipermainkan oleh sebuah isu yang dalam permainan parpol bisa dikemas dengan baik sebenarnya.

Agus yang memiliki “kekuatan” parpol mendapatkan durian runtuh, lepas dari soal pro kontra karir militernya, namun jelas karena ada sosok Pak Beye di sana. Jika bukan karena ada klan Yudhoyono, beda juga muaranya.

Sayangnya peran parpol yang strategis namun malah memiliki kinerja memprihatinkan. Demokrasi yang dibangun bertahun ini ternyata masih jauh dari harapan karena hanya fokus pada kursi semata dan melupakan tugas besar dan mendasarnya untuk mengelola negara termasuk di sini adalah daerah.

Ketiga pasangan ini bukan keberhasilan kerja parpol, namun  memang sudah dari sononya berkualitas seperti itu. Sayangnya lebih banyak orang baik, potensial, dan menjanjikan namun tidak bisa berkiprah karena tidak dilirik parpol dengan berbagai alasan dan latar belakang.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun