Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sandi dan Koalisi Kekeluargaan Galau Tingkat Dewa (Tidak Ingusan)

22 September 2016   16:16 Diperbarui: 22 September 2016   16:29 1957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Edisi humor politik saja, untuk lucu-lucuan dengan judul ini:

Sandi dan Koalisi Kekeluargaan Galau Tingkat Dewa (Tidak Ingusan)

Sandi sepertinya galau, sebentar mengatakan telah bertemu Prabowo mau maju dengan Yusril, sebentar ke media lain mengatakan maju dengan Anies Baswedan. Tidak beda dengan koalisinya, padahal pasnya gerombolan, daripad dimarahi lebih baik saya ikuti saja istilah yang tidak pas ini, toh tidak mengurangi artinya, sama-sama gak mendasar juga.

Sandi galau banget, istilah dewa bukan mau menghina istilah agama, pinjam istilah Eyang Amien yang sudah sesepuh itu. Bagaimana tidak galau, kalau ngebet mau jadi gubernur, eh masih saja dijadikan candaan untuk siap jadi apa saja, jangan-jangan nanti malah tidak juga jadi calon, tetap saja tetap bakal calon. Bisa saja ketika mereka memilih yang lain. Jika demikian habis sudah, apa yang dia lakukan selama ini juga tidak didukung dengan baik kog oleh partainya, apalagi gerombolannya. Sandi seperti jalan dhewean,mati-matian untuk menaikan elektabilitasnya. Salah omongpun partai dan gerombolannya diam saja.

Menyimak keterangannya yang berbeda jauh hanya dalam bilangan jam menunjukkan dia akut galaunya. Kemarin disodori PKS, eh malah ia memuji yang lain, mirip abg,naksir ini pengin itu. Kali ini masih juga bingung mau apa sebenarnya parpol ini. Kasihan pengalaman yang perlu ia kembangkan dalam dunia politik akal-akalan ini.

Kubu sebelah tidak beda jauh, semalam ngebakso dengan Pak Presiden keenam, lha siang ini masih makan siang juga katanya sudah punya nama, mau umumkan eh belum juga. Galau tingkat dewa juga ternyata mereka ini, ada yang mengatakan akan ada kejutan, ada yang menunggu dari langit, lha di bumi saja banyak, napa nunggu dari langit? Itu satu.

Dua,menyebut nama Agus, lha dalah waktu tinggal hitungan jam, menyajikan anak kemarin sore, belum punya pengalaman lagi, masih lebih baik jika Ibas, Edi, atau Agus zhermanto, bukan Agus Yudoyono. Ini jelas menunjukkan galau akut banget.

Tiga,gak lama kemudian sudah menyatakan Anies, lho, mana yang mau diusung ini sudah sakit perut parah eh lagi buat WC saja tempatnya belum disiapkan, awas keluar di celana.

Empat, enam parpol ini jungkir balik tanpa hasil karena memang mereka tidak punya ide, gagasan, atau sosok yang bisa berbicara banyak.

Mengapa mereka galau begitu?

Motivasi mereka bukan demi Jakarta, hanya soal ABA, sehingga fokus mereka bukan pembangunan , namun soal Ahok saja. Coba Ahok tidak maju, mereka langsung berebut maju, apa yang akan terjadi jika Ahok-Djarot daftarnya besok sore?

Jika mereka berpikir soal Jakarta mereka tidak akan fokus soal menang atau kalah, namun maju dan jika kalah akan mendukung yang menang dengan jiwa ksatria. Ada program yang bisa disumbangkan dan diterima dengan baik, apa bisa ya? Ngarep.com

Kerja parpol ini apa to? Lima tahun sekali saja ributnya hanya menjelang hari H, lagi kan, beol sudah mules tingkat dewa masih cari, diskusi mau buat toilet di mana, ya siap saja beol di celana. Model instan, belajar sks, dan ribut di belakang, padahal selama ini diam saja, lha ngapain selama ini, apa baru tahu kalau mau pilkada?

Mereka katanya mau Jakarta lebih baik, milih gubernur yang jauh lebih baik, lha mana? Memangnya Jakarta baru dua hari ini tiba-tiba jelek, atau Ahok baru jelek di hari kemarin dan hari ini? Tidak bukan?

Coba lihat saja perilaku parpol ini, semua sama saja, ribut hanya sehari dua hari, padahal kalau di dewan gaji mereka tiap bulan, begitu pun masih ambil sendiri tambahannya, alias nyolong, dan masih minta ini itu, menyediakan satu saja untuk calon pemimpin ribut tanpa hasil.

Atau bisa mengajukan empat calon, satu paket untuk cadangan, lha kalau iya emang ini mau main bola atau pilkada?  Tawar menawar memperlihatkan parpol gagal total untuk menjadi kawah candradimuka politisi, malah menghasilkan politikus busuk. Lebih banyak kisruh daripada membangun, lebih banyak kontroversi daripada prestasi.

Apa perlu mengirim kambing dibedaki, sehingga tidak lagi harus bingung, kalau mendakan parpol tidak perlu berebut kader ku atau bukan. Atau mosok aku yang punya kursi harus melayani?

Galaunya parpol senjakala bagi mereka untuk ke depan. Selama ini ribut saja soal Ahok, eh ternyata calon saja tidak punya. Mengapa ngurus Ahok dengan komunikasinya atau programnya, kalau ngurus parpol saja tidak pecus seperti ini?

Pesta yang menimbulkan luka, kebahagiaan dalam demokrasi malah memberi nyeri dan galau  bagi pelakunya, dan apa akan selalu seperti ini? Parpol bangun dan jangan hanya berbusa-busa mengritik tanpa bukti seperti ini.

Salam

Artikel terkait:

http://www.kompasiana.com/paulodenoven/agus-yudhoyono-meramaikan-bursa-pilkada-dki-seberapa-peluangnya_57c55e322323bd8d4a71a19b

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun